Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Nasib penarik perahu tambang tradisional di Tulungagung kini semakin terombang-ambing. Keberadaan jembatan Ngujang II membuat jumlah penumpang perahu tambang terus menurun setiap tahunnya.
Salah seorang penarik perahu tambang tradisional Pema Ekspress Tulungagung-Blitar, Agus Nur Cholis mengungkapkan, perahu tambang tradisional di Tulungagung sudah beroperasi sejak 2013 silam.
Saat itu, transportasi ini menjadi langganan warga untuk mengurangi jarak tempuh antar kabupaten, dan tarifnya juga murah.
“Dulu itu sangat ramai. Bahkan usaha ini mampu menghidupi 11 kepala keluarga (KK) dan banyak yang menggantungkan hidup dari usaha ini,” ungkap Agus kepada Bacaini.id, Rabu, 13 Juli 2022.
Menurutnya, sejak ada pembangunan jembatan Ngujang II, banyak penarik perahu tambang terpaksa gulung tikar. Beberapa dari mereka ada juga yang memilih beralih profesi, karena usaha tersebut dianggap sudah tidak menjanjikan lagi.
“Secara langsung berdampak pada pendapatan jasa penyebrangan perahu tradisonal. Saat ini, banyak pengendara yang lebih memilih menggunakan jembatan dari pada perahu penyeberangan,” jelasnya.
Pria asal Kecamatan Ngunut itu mengungkapkan, saat ini jumlah penumpang terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Meski tidak bisa mengungkapkan secara pasti berapa jumlah omzetnya saat ini, tetapi penurunan itu bisa dilihat dari jumlah penumpang perahu tambang.
Jika dulu, kendaraan yang menggunakan jasa penyebrangan perahu tradisional selalu memenuhi sudut ruang perahu. Tapi kini hanya beberapa kendaraan saja yang memenuhi anjungan dan buritan perahu.
“Penurunan jumlah penumpang bisa mencapai 35 persen, karena adanya pembangunan Jembatan Ngujang II itu,” ungkapnya.
Selain dampak pembangunan jembatan Ngujang II, menurut Agus, pendangkalan sungai Brantas juga menjadi problem bagi penarik perahu tambang tradisional. Pendangkalan sungai membuat mereka kesulitan utnuk menari perahu dari ujung ke ujung.
“Kalau air sungai dangkal, kami kesulitan untuk menarik perahu. Kalaupun bisa, kami butuh tenaga ekstra untuk bisa menggerakan perahu tambang,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira