Paradigma realisme dalam hubungan internasional menekankan pada kepentingan nasional, kekuatan, dan sifat anarkis dari sistem internasional. Berikut adalah beberapa contoh nyata dari penerapan paradigma realisme dalam sejarah dunia:
Perang Dunia I (1914-1918)
- Contoh: Ketegangan antara kekuatan besar Eropa, seperti Jerman, Inggris, dan Prancis, menciptakan suasana yang penuh konflik. Realisme terlihat dalam cara negara-negara ini membangun aliansi militer dan meningkatkan anggaran pertahanan mereka untuk melindungi kepentingan nasional mereka.
- Analisis: Negara-negara berusaha untuk memperkuat posisi mereka melalui aliansi dan persenjataan, yang pada akhirnya berkontribusi pada pecahnya perang. Keseimbangan kekuatan yang tidak stabil di Eropa menjadi faktor utama dalam konflik ini.
Perang Dingin (1947-1991)
- Contoh: Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah contoh klasik dari realisme. Kedua negara berusaha untuk memperluas pengaruh mereka di seluruh dunia, yang sering kali mengarah pada konflik proksi di negara-negara ketiga, seperti Korea dan Vietnam.
- Analisis: Dalam konteks ini, kedua superpower berfokus pada penguatan kekuatan militer dan aliansi strategis (NATO dan Pakta Warsawa) untuk melindungi kepentingan nasional mereka. Kebijakan containment yang diterapkan oleh AS untuk menghentikan penyebaran komunisme adalah contoh nyata dari pendekatan realistis.
Invasi Irak (2003)
- Contoh: Invasi Irak oleh koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat pada tahun 2003 dapat dilihat sebagai contoh realisme. AS mengklaim bahwa invasi tersebut diperlukan untuk menghapus senjata pemusnah massal yang dimiliki oleh rezim Saddam Hussein dan untuk melindungi kepentingan nasional.
- Analisis: Meskipun tidak ada bukti yang kuat tentang keberadaan senjata pemusnah massal, keputusan untuk menyerang didasarkan pada persepsi ancaman terhadap keamanan nasional AS dan keinginan untuk mempertahankan dominasi di Timur Tengah.
Perang di Ukraina (2014-sekarang)
- Contoh: Ketegangan antara Rusia dan Ukraina, terutama setelah aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014, menunjukkan dinamika realistis. Rusia bertindak untuk melindungi kepentingan strategis dan keamanan nasionalnya di kawasan tersebut.
- Analisis: Dalam konteks ini, Rusia menggunakan kekuatan militer untuk mencapai tujuan politik dan mempertahankan pengaruhnya di bekas wilayah Soviet, sementara negara-negara Barat merespons dengan sanksi dan dukungan untuk Ukraina, mencerminkan pertarungan kekuatan di tingkat global.
Krisis Selat Taiwan
- Contoh: Ketegangan antara China dan Taiwan, di mana China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, menunjukkan prinsip-prinsip realisme. China berusaha untuk memperkuat posisinya dengan meningkatkan anggaran pertahanan dan menunjukkan kekuatan militer di sekitar Taiwan.
- Analisis: Dalam hal ini, kepentingan nasional dan keamanan menjadi pendorong utama dalam kebijakan luar negeri China, sementara Taiwan berusaha untuk mempertahankan kedaulatannya dengan dukungan dari negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat.
Kesimpulan
Contoh-contoh di atas menunjukkan bagaimana paradigma realisme berfungsi dalam konteks hubungan internasional. Dalam setiap kasus, kepentingan nasional, kekuatan, dan dinamika anarkis dari sistem internasional menjadi faktor kunci yang memengaruhi keputusan dan tindakan negara-negara. Realisme memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami perilaku negara dalam konteks konflik dan kerjasama di tingkat global.