Bacaini.id, KEDIRI – Dosen Ilmu Sejarah Universitas Nusantara PGRI Kediri, Sigit Widyatmoko merespon penelitian Clifford Geertz tentang tuyul di Modjokuto atau Pare, Kabupaten Kediri. Dia percaya penelitian itu benar adanya karena dilakukan secara langsung di lapangan.
Sebagai akademisi, Sigit mengatakan penelitian yang dilakukan Clifford Geertz bisa dipertanggungjawabkan. “Saya setuju dengan riset itu,” katanya kepada Bacaini.id, Selasa, 9 Mei 2023.
Sigit menyebut identifikasi tuyul yang disebut Clifford Geertz dalam penelitiannya terkait dengan kecemburuan sosial yang kadang diidentikkan dengan tahayul, salah satunya tuyul. Sigit sendiri mengaku belum pernah melihat tuyul. Namun masyarakat sangat mempercayainya.
Fenomena tuyul, menurut Sigit, merupakan kesenjangan ekonomi sosial masyarakat dalam mendiskreditkan kelompok masyarakat tertentu yang memiliki kehidupan ekonomi lebih baik.
“Kita tidak mengkaji kenapa orang itu ekonominya lebih baik. Paling enak kita ngomong ngingu tuyul, gitu aja,” ujarnya.
baca ini Heboh Penelitian Antropolog AS Tentang Tuyul di Kediri
Tudingan memelihara tuyul ini juga rentan ditujukan kepada orang-orang yang memiliki kekayaan lebih, namun tidak tampak bekerja seperti orang kebanyakan. Ketika diteliti, ternyata dia seorang YouTuber atau programmer yang memang cara kerjanya berada di rumah sambil duduk.
Kritikan terhadap tulisan Clifford Geertz disampaikan Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4) Imam Mubarok. Dia menyebut tulisan itu merupakan propaganda Clifford Geertz dalam meruntuhkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah.
Kedatangan Clifford Geertz ke Pare menurutnya ada kaitannya dengan kekalahan Belanda pada serangan 22 Mei 1949. Di mana pada waktu itu benteng-benteng pertahanan maupun pabrik-pabrik milik Belanda di sana menjadi sasaran pengeboman Tentara Genie Pelajar.
“Ketika mendapat kekalahan dengan senjata, Belanda biasanya melakukan serangan balik dengan meluncurkan trik-trik propaganda,” ujar Mubarok.
Terlebih di wilayah Timur termasuk Pare, Pagu, dan Kepung merupakan tempat pertahanan para kyai dan ulama yang merupakan pasukan dari Pangeran Diponegoro. Sehingga patut diduga tulisan Clifford Geertz merupakan pesanan (propaganda).
“Maksudnya, arah dari tulisan itu sebagai trik propaganda, termasuk soal tuyul. Masyarakat percaya tuyul itu semacam jin yang mengambil uang dengan cara tertentu. Artinya, tulisan Clifford sebagai antropolog terkait tuyul di Modjokuto bisa dilihat dari banyak hal,” jelasnya.
Penulis: Wahyu
Editor: Hari Tri Wasono
Tonton video:
Comments 1