Bacaini.id, TRENGGALEK – Keris merupakan salah satu pusaka warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan agar tetap eksis di tengah perkembangan zaman. Itulah yang menjadi alasan Supendik menjadi perajin warangka keris.
Suara gerinda terdengar kencang di sebuah rumah di Desa Ngulangkulon, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Tampak Supendik sedang menghaluskan warangka keris buatannya.
“Sudah puluhan tahun saya menjadi perajin warangka keris atau sarung penutup keris seperti ini,” kata Supendik mengawali ceritanya kepada Bacaini.id, Selasa, 22 Agustus 2023.
Menjadi perajin warangka keris bukan sekedar profesi bagi Supendik. Dia meneruskan warisan leluhur dari ilmu yang diajarkan oleh bapaknya. Pekerjaan ini pun diluar dugaan, karena tiba-tiba dia merasa tertarik setelah melihat sebilah keris milik bapaknya.
Supendik mengaku mendapat berkah tersendiri dari ilmu membuat keris sekaligus warangka yang diajarkan oleh bapaknya sekitar tahun 1990 silam. Sejak saat itu pula dia mengakhiri pekerjaan serabutan sebagai kuli bangunan.
“Lama-lama saya nyaman, senang membuat keris dan warangka ini. Sampai tertarik juga untuk mempelajari makna yang terkandung di dalamnya,” ungkapnya.
Ilmu yang diajarkan oleh bapaknya, kata Supendik, keris merupakan pusaka warisan leluhur. Untuk terus melestarikannya, proses pembelajaran juga dilakukan dari sisi seni. Kerangka keris sendiri memiliki bentuk yang berbeda sesuai daerah asalnya masing-masing.
“Saya pernah belajar di Solo dan Yogyakarta, melihat pembuatan kerangka keris. Harus saya pelajari lebih dalam biar tidak salah saat membuatnya,” papar Supendik.
Kini Supendik telah menguasai cara membuat kerangka sekaligus warangka keris yang baik. Mayoritas kerajinan buatannya berbahan baku kayu sono. Selain mudah dibentuk, tekstur kayu sono lebih kuat sehingga lebih tahan lama jika dibandingkan dengan kayu lainnya.
Meski begitu, lanjutnya, pemilihan bahan baku ini tidak bisa asal-asalan. Mengingat pola kayu yang menjadi bahan baku ini nanti akan berpengaruh terhadap hasilnya, terutama keindahan dari sisi seni. Tentu saja harganya juga tidak murah.
“Sebenarnya paling bagus itu kayu timo. Pola serat dan warnanya lebih cocok, harganya memang lebih mahal. Tapi sekarang sulit didapat, jadi lebih biasa pakai kayu sono, kadang juga kayu jati, tidak kalah bagus lah,” jelasnya.
Diakui Supendik, proses pembuatan warangka keris paling sulit adalah membuat pola pada bagian pidakan ke atas. Bagian tersebut menentukan ciri khas keris dari daerah asalnya masing-masing.
“Ciri khas daerah Solo, Mataram dan lainnya itu beda-beda. Benar-benar harus jeli mengukirnya,” imbuhnya.
Segala upaya melestarikan warisan leluhur seperti pesan sang bapak akhirnya menjadi berkah bagi Supendik. Dia berhasil sebagai perajin keris sekaligus warangka yang bagus dan banyak diminati para pecintanya.
Sebilah keris buatannya dijual mulai harga Rp200 ribu hingga jutaan rupiah bahkan bisa lebih tinggi lagi tergantung dari bentuk dan jenis bahan yang digunakan. Pesanan pun datang dari berbagai daerah di nusantara.
“Banyak dari berbagai daerah. Rutin, pesanan datang dari Solo dan Yogyakarta,” tambahnya.
Penulis: Aby
Editor: Novira