Untuk membuat satu guratan indah pada sebatang rokok, butuh waktu paling singkat lima menit. Dengan jumlah rokok 12 batang, waktu menggurat ampas kopi bisa mencapai 60 menit untuk satu pack rokok. Rokok yang baru dipoles tak langsung bisa dinikmati. Melainkan diangin-anginkan terlebih dulu hingga ampas kopinya meresap ke dalam tembakau.
Kebiasaan ini lambat laun mengurangi aktivitas main gadget di warung Mak Waris. Jika tak nyethe, mereka terlibat obrolan dengan rekannya. “Melihat ponsel hanya sesekali, setelah itu ditaruh kembali,” kata Rahmawan.
Herlambang Novian Efendi, pemilik warung kopi di Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kota, Tulungagung memberi kesaksian sama. Aktivitas marung di Tulungagung lebih hidup dibandingkan kota lain. “Warung di Tulungagung tidak pernah sepi,” katanya.
Bukan hanya untuk meneguk kopi, warung kopi (warkop) juga menjadi tempat bertukar informasi. Makin sering ke warung makin banyak informasi yang didapat. Di sini komunikasi masih dominan secara verbal dibanding gawai. “Kalau mau cari informasi, datanglah ke warung,” seloroh Novian.
Kebiasaan bertatap muka di warung mulai pagi hingga petang, sedikit banyak mengurangi intensitas bermain gadget. Sehingga produksi hoax di media sosial Tulungagung tak semasif daerah lain.
Kristiono Joni, pengamat politik di Tulungagung mencontohkan momen pilkada 2018 sebagai gambaran situasi tersebut. Kala itu salah satu kandidat calon bupati yakni Syahri Mulyo ditangkap komisi anti rasuah hanya beberapa minggu sebelum pemilihan. Peristiwa itupun dimanfaatkan lawannya untuk menggoreng isu di media sosial.
“Namun faktanya permainan isu di media sosial tidak efektif. Perolehan suara Syahri Mulyo tetap lebih unggul meski yang bersangkutan mendekam di dalam penjara,” terang Joni.
Salah satu yang ia tangkap dari peristiwa ini adalah keengganan masyarakat Tulungagung untuk mempercayai berita di media sosial. Intensitas para relawan untuk bertatap muka dari warung ke warung jauh lebih kuat dibandingkan strategi propaganda media sosial.
Joni menambahkan komunikasi yang dilakukan secara langsung jauh lebih efektfif dibanding media sosial. Sebab propaganda hoax hanya tumbuh subur di ruang-ruang maya yang tak bisa terkonfrontir. Bahkan di tengah gempuran isu korupsi di media sosial, tim relawan Syahri Mulyo masih bisa meyakinkan pemilih dari warung ke warung.
Melawan hoax dengan nyethe….