JOMBANG – Ada yang berbeda dengan Misa Natal di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang ada di Desa Mojowarno, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Perbedaan ini ada pada Gamelan kuno mengiringi alunan musik dalam ritual misa natal.
Pendeta Muryo Jayadi mengatakan, tak hanya gamelan, seluruh peserta juga diharap menggunakan pakaian adat jawa. Penggunaan seragam dan peralatan tradisional sengaja dilakukan sebagai wujud kecintaan masyarakat terhadap adat kebudayaan sekitar.
Dia juga menyebut, tradisi ini sudah dilakukan sejak dahulu, sebagai upaya melestarikan kebudayaan jawa yang makin hari makin terkikis oleh jaman. “Gamelan dan pakaian adat jawa diguna adalah bentuk kepedulian kita untuk menjaga tradisi jawa,” jelasnya kepada bacaini.id, Jumat, 25 Desember 2020.
Selain itu, perbedaan lain yang terjadi dalam misa kali ini adalah, pelaksanaan misa dilakukan secara daring. Sedang untuk sedikit jamaah yang diperbolehkan masuk gereja dilakukan penerapan protokol kesehatan ketat.
Bagi warga luar kota, pihak gereja melarang untuk mengikuti kebaktian. Misa natal hanya dikhususkan bagi warga setempat yang sehat dan sudah mendapatkan kupon pendaftaran. Selebihnya hanya diperbolehkan mengikuti kegiatan secara live streaming yang sudah disiapkan panitia. “Kalau ingin tetap mengikuti wajib menunjukan surat sehat rapidtest corona,” sebutnya.
Gedung GKJW ini biasanya menampung 600 jemaat, namun untuk misa tahun ini hanya boleh di pakai separo saja. Selebihnya dipisah di luar dengan menggunakan tenda dan gedung pertemuan diluar gereja.
Dalam misa natal malam ritual dimulai dengan munculnya sosok bunda maria yang sedang hamil tua. Perempuan ini mengetuk pintu untuk meminta bantuan. Namun tidak ada yang bersedia membantu akhirnya perempuan ini melahirkan di kandang domba. Disinilah Yesus dilahirkan hingga akhirnya dirayakan sebagai hari natal. Di ritual misa malam ini tidak menggunakan alunan gamelan namun menggunakan musik modern.
Sejumlah lanjunan lagu puji pujian terus di suarakan sebagai bentuk kebahagiaan menyambut natal 2020. Meskipun pandemic tidak mengurangi kehikmatan jemaat mengikuti doa bersama di dalam gereja.
Penulis : Syailendra
Editor : Karebet