Bacaini.ID, KEDIRI – Barang siapa berani berbuat jahat di Desa Siman dan Desa Besowo Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri Jawa Timur, akan diterkam harimau.
Mitos sapatha (sumpah serapah) itu diucapkan oleh 2 orang pandhita kakak beradik yang kesohor kesaktiannya. Ucapannya diyakini idu geni.
Kejahatan yang dimaksud di dalamnya termasuk praktek Molimo: mabok, madat, madon, maling dan main (judi).
“Jika ada orang yang melanggar larangan tersebut, seketika dia akan mati karena dimangsa harimau,” demikian dikutip dari buku Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan (2021).
Baca Juga:
- Sejarah Penghancuran Kediri
- Kisah Kelam Kediri, Lahir dari Tumpahan Darah dan Air Mata
- Asal-usul Tahu Kediri yang Berawal dari Sejarah Penaklukan
Pada masa itu warga memilih patuh. Terutama bagi warga Desa Siman dan Desa Besowo. Lebih baik mematuhi mitos ketimbang binasa dimangsa harimau.
Apalagi setiap ada peristiwa pencurian atau perselingkuhan, tidak sampai 3 hari pelaku ditemukan tewas diterkam harimau.
Berlakunya mitos larangan itu berlangsung pada masa awal suksesi kekuasaan Kerajaan Medang Kahuripan. Masa Raja Airlangga turun tahta (1019-1046).
Dewi Kilisuci yang digadang-gadang sebagai pengganti memilih jadi pertapa di Gua Selomangleng. Kekuasaan pun terbelah. Berikutnya terjadi perang saudara.
Sementara larangan yang berlaku di Desa Siman dan Besowo menjadi semacam pagar sosial budaya. Menjadi penjaga moral sosial.
Siman dan Besowo yang secara topografis berada dekat dengan aliran sungai Kali Serinjing menjadi 2 desa yang bersih dari kejahatan manusia.
Terdapat punden kuno di bawah pohon pule di Dusun Bogorpradah Desa Siman. Dengan banyaknya penemuan artefak, diyakini dulunya permukiman kuno.
Pandhita sakti kakak beradik itu kemudian moksa. Di tempatnya bertapa ditemukan sepotong celana dan baju.
Keduanya juga diyakini meninggalkan sebuah arca harimau jantan sebesar gajah. Dari lubang hidung dan dubur arca harimau mengeluarkan air yang konon bertuah.
Meski demikian larangan tidak melakukan kejahatan di Desa Siman dan Besowo tetap dipatuhi warga.
Dikutip dari Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan, hingga tahun 1911 Desa Siman dan Besowo tercatat sebagai desa yang aman dan tenteram.
Kejahatan dan pelanggaran moral nyaris tidak pernah terjadi. Mitos ancaman mati dimangsa harimau betulan maupun jadi-jadian masih menghantui warga. Entah sekarang.
Penulis: Solichan Arif





