Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Sebuah batu di Musala Baitul Hajjar, Kelurahan Botoran, Kabupaten Tulungagung mengundang perhatian warga. Batu tersebut dikabarkan tak bisa dipindahkan ke tempat lain dengan berbagai cara.
Batu keramat ini memiliki panjang 150 cm dan lebar 50 cm. Batu itu dikelilingi pagar dan diselimuti kain warna orange oleh takmir musala. “Tidak ada yang bisa memastikan bagaimana asal usul batu tersebut. Namun nama musala ini juga dikaitkan dengan batu itu,” ujar Takmir Musala Baitul Hajjar, Agus Sudirman kepada Bacaini.id, Jumat, 10 Maret 2023.
Menurutnya, batu itu pernah dikaji oleh peneliti dari Universitas Brawijaya Malang. Peneliti tersebut menemukan sebuah ukiran angka 1.090 saka atau 1.115 masehi. Diperkirakan batu tersebut merupakan bagian gapura suci pada era Hindu-Buddha.
Namun dalam cerita masyarakat, batu tersebut merupakan saksi bisu penyebaran agama Islam di wilayah itu. Menurut Agus, pada zaman dulu terdapat seorang ulama bernama Mbah Nuryahman. Dia menggunakan batu itu sebagai sajadah dan tempat mengajarkan Islam kepada murid-muridnya.
“Kalau dilihat dengan seksama ada beberapa cekungan di batu itu. Dan sebagian besar masyarakat percaya cekuangan itu bekas salat Mbah Nuryaman,” kata Agus.
Warga yang penasaran pernah mencoba salat di atas batu itu. Entah benar atau tidak, mereka mengaku lebih khusyuk saat salat di sana.
Namun sayangnya, batu tersebut juga pernah menjadi media praktik syirik oleh warga. Mereka percaya batu bisa mengabulkan permintaan yang diajukan.
“Alhamdulillah praktek syirik itu berakhir ketika ayah saya membeli lahan yang terdapat batu itu untuk dijadikan musala. Hal itu dilakukan setelah ayah saya meminta wejangan dari tokoh Pondok Peta,” jelasnya.
Meski memiliki banyak versi terkait cerita dan asal usul batu tersebut, Pemkab Tulungagung menjadikannya sebagai obyek cagar budaya. Pemerintah bahkan pernah membawa batu itu ke pendopo untuk diamankan. Namun batu itu malah kembali ke musala tempat asalnya.
Sejak saat itu batu tersebut dibiarkan dibiarkan di musala Baitul Hajjar.
Penulis: Setiawan
Editor: Hari Tri Wasono
Tonton video: