Bacaini.ID, JAKARTA – Nepal tengah dilanda kerusuhan dan penjarahan yang meluas sejak 8 September 2025. Protes yang awalnya dipicu oleh keputusan pemerintah untuk memblokir 26 platform media sosial, termasuk Facebook dan Instagram, berubah menjadi aksi massa yang keras dan penuh kekerasan. Kebijakan tersebut dianggap oleh banyak warga, terutama generasi muda, sebagai upaya pemerintah membungkam kebebasan berekspresi dan kritik terhadap korupsi yang merajalela di kalangan pejabat negara.
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan dengan membawa berbagai tuntutan, menyoroti ketimpangan sosial dan gaya hidup mewah pejabat negara di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Video dan foto yang beredar di media sosial menunjukkan anak-anak pejabat menikmati kemewahan, sementara sebagian besar rakyat Nepal berjuang menghadapi pengangguran dan kemiskinan. Slogan-slogan seperti “NepoBaby dan #NepoKids” menjadi simbol kemarahan publik terhadap ketidakadilan ini.
Kerusuhan yang terjadi juga diwarnai dengan aksi penjarahan dan bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan, yang menyebabkan banyak korban jiwa dan luka-luka. Tekanan publik yang terus meningkat akhirnya memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri sebagai respons atas situasi yang semakin tidak terkendali.
Meski ada spekulasi mengenai pengaruh kejadian di negara lain, termasuk Indonesia, terhadap kerusuhan ini, tidak ditemukan bukti langsung yang mengaitkan kedua peristiwa tersebut. Namun, situasi di Nepal mencerminkan fenomena global di mana ketidakpuasan rakyat terhadap gaya hidup hedon pejabat dan kebijakan represif pemerintah memicu gelombang protes dan kerusuhan.
KBRI di Dhaka telah mengeluarkan imbauan darurat untuk melindungi warga negara Indonesia yang berada di Nepal dan terus berkoordinasi dengan otoritas setempat guna memastikan keselamatan mereka di tengah situasi yang tidak menentu ini.
Kerusuhan di Nepal menjadi peringatan keras bagi pemerintah di berbagai negara tentang pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan penghormatan terhadap kebebasan berekspresi sebagai fondasi stabilitas sosial dan politik.
Penulis : Danny Wibisono
Comments 1