Bacaini.id, JAKARTA – Ada peristiwa spesial saat Presiden Joko Widodo bersafari di sejumlah daerah di Indonesia. Saat itu Jokowi didampingi oleh Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi.
Ketika mengunjungi daerah Tangerang Selatan, Senin (19/2), Presiden Jokowi memuji nama produk sambal karya Sri Agustin, nasabah PNM Mekaar. Produk sambal yang mendapat pujian Jokowi itu bermerek Wanstin.
“Ini produk sambelnya namanya bagus, kemasannya juga bagus”, puji Presiden Jokowi.
Rupanya Wanstin merupakan akronim yang berasal dari gabungan nama Wawan, suami Agustin, dan namanya sendiri (Agustin). Mendengar penjelasan itu, Presiden Jokowi tersenyum.
Jokowi mengatakan, selain kualitas produk yang bermutu, nama produk dan kemasan adalah hal penting sehingga menarik pembeli.
Ahli Komunikasi dari Univeritas Al-Azhar Indonesia, Manik Sunuanturi menyampaikan kepada Bacaini.ID branding produk sangat penting. Branding menjadi strategi pembentukan identitas agar produk tampil berbeda, professional sekaligus menarik di mata konsumen.
Tujuanya adalah membentuk identitas brand sehingga akan lebih dikenal masyarakat. Menurut Manik, manfaat dari branding produk diantaranya membedakan dari produk pesaing, menciptakan kepercayaan dan kesetiaan pelanggan.
Kemudian juga menambah nilai produk, mempermudah pengenalan produk baru yang mudah diingat sekaligus meningkatkan daya tarik pasar.
“Strategi Bu Agustin dengan membuat merek Wanstin ini unik dan menarik, dengan kemasan menarik membuat pandangan pertama konsumen yang melihat akan menarik dan menganggap merek tersebut mirip-mirip produk luar negeri. Meski ternyata singkatan namanya dan nama suaminya,” ujar Manik Sunuanturi.
“Dengan nama unik dan slogan yang unik serta logo yang simpel, maka terciptalah brand image dan brand loyalty,” tambahnya.
Sosok Sri Agustin sebagai nasabah Mekaar binaan PNM selama ini dikenal cukup kreatif dan inovatif. Usaha yang dikelola sejak tahun 2014 patut menjadi contoh dan inspiratif bagi para pelaku UMKM lainnya.
Menurut Sri Agustin, mengelola usaha sambel membutuhkan kreatifitas dan inovasi karena harga cabai yang fluktuatif naik turun. Saat musim panen cabe tiba harga pokok bisa lebih murah. Namun saat puasa dan menjelang lebaran harga bisa naik fantastis.
Pada situasi itu para pelaku UMKM harus pandai bersiasat. Bagi Sri, setiap bisnis memiliki siklusnya sendiri dan karenanya harus hafal dan paham. Momentum bisnis Sri Agustin sendiri diketahui berlangsung pada tahun 2019.
Pada saat itu ia nyaris bangkrut lantaran bisnis sambalnya kehabisan modal. Untungnya Sri Agustin menjadi nasabah Mekaar dan usahanya pun berangsur tumbuh kembali.
Sri berpandangan, hal terpenting pertama dalam berusaha adalah mencintai profesi dan usaha yang dilakukan. Dengan mencintai kata dia akan muncul rasa senang menjalani.
Kemudian juga memahami secara rinci kelebihan dan kelemahan. Hal terpenting kedua adalah komunikasi dan dekat dengan konsumen. Pada saat harga cabai naik segera memberitahu konsumen dan begitupun sebaliknya. Sehingga konsumen akan merasa adanya transparansi.
Hal terpenting yang terakhir adalah manajemen keuangan yang kerap disepelekan. Dengan memisahkan uang pribadi dan usaha akan memudahkan melakukan manajemen dan tertib.
Sri mengaku mendapatkan sejumlah tips usaha setelah bergabung menjadi nasabah Mekaar PNM dan rutin menghadiri acara kumpul bersama dengan Kelompok Mingguan (PKM) yang terdiri dari 15-30 nasabah.
Forum yang ada menjadi acara saling sharing ide, kendala dan penangannya. Di sini PNM tidak hanya meminjamkan uang, tetapi juga memberikan edukasi. “Saya akui setelah menjadi nasabah Mekaar usaha saya menjadi berkembang dan maju,” pungkas Sri.
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi membenarkan apa yang disampaikan Sri Agustin. Hal itu yang membedakan PNM dengan pinjol (pinjaman online). PNM membentuk kelompok, melalukan pemberdayaan, edukasi serta pembinaan kepada pelaku usaha ultra mikro.
“Diharapkan setelah meningkat seiring berkembang usahanya, maka tingkatan usaha meningkat dan dapat mendapat tambahan modal yang lebih besar lagi dan produknya dapat go international seperti sambal Bu Rudy dari Surabaya yang mudah kita jumpai di minimarket Asia di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia lainnya,” ujar Arief.
Penulis: Danny Wibisono
Editor: Solichan Arif