Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai Pancasila (Jalal dan Supriadi, 2001 : 63). Rumusan visi itu juga telah dijabarkan dalam GBHN Tahun 2008 yang telah menetapkan misi pendidikan sebagai berikut :
Terwujudnya sistem iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan ber-tanggung jawab, memiliki ketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan mutu manusia Indonesia.
Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum mampu mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan pengembangan sistem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan mengajar guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan rneminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas untuk mengaktifkan siswa belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual menekankan pada menghubung mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar mampu menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan dapat mendorong munculnya lima bentuk belajar siswa; (1) Siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2) Siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) Siswa dapat menerapkan konsep dan informasi di depan; (4) Siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) Siswa dapat menstransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002).
Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan bahwa guru sebagai subyek dan pusat sumber belajar sebagaimana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif
juga ditampakkan pada menyelidiki, terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam memandang persoalan (Nur, 2001).
Berikut adalah yang menjadi permasalahan, selama ini proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama ini ditemui:
- masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata dari pada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan.
- Nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan.
Alternatif Solusi dalam hal ini guru ingin memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran yang belum pernah dilaksanakan, yaitu
- Pendekatan pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan guru dalam mengajar.
- Dapat mencapai tujuan dari pembelajaran dengan Nilai yang lebih baik.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual model kooperatif sebagai solusinya.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
- Aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan kontekstual model kooperatif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelax X pada pokok bahasan LARANGAN PERGAULAN BEBAS DAN MENDEKATI ZINA tahun pelajaran 2021/2022 SMKN 1 Grogol Kecamatan grogol, Kabupaten Kediri. Hal ini ditunjukkan adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat pada siklus 1 : hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok, hebat sebanyak 4 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok sedangkan pada siklus 3: super sebanyak 5, kelompok hebat sebanyak 1 kelompok, dan baik sebanyak 1 kelompok.
- Peningkatan aktivitas belajar melalui pendekatan kontekstual model kooperatif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelax X pada pokok bahasan LARANGAN PERGAULAN BEBAS DAN MENDEKATI ZINA tahun pelajaran 2021/2022 SMKN 1 Grogol Kecamatan grogol, Kabupaten Kediri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan sebesar 77.44% Turun pada siklus 1 sebesar 58.82%, dan meningkat pada siklus 2 sebesar 82.35%, dan siklus 3 sebesar 100%.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas dan sesuai dengan pentingnya penelitian, berikut dikemukakan saran-saran antara lain :
- Agar hendaknya guru menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif tindakan dalam mengatasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya peningkatan aktivitas belajar siswa.
- Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasi authentic) melainkan beberapa teknik penilaian autentik seperti penilaian kinerja, observasi intensif, dan kontekstual model kooperatif diterapkan secara bervariasi.
- Bagi peneliti lain, hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat digeneralisasikan secara porporsional.
Penulis: Juli Wiyono, S.Pd.I*
*)Guru Mapel Pendidikan Agama Islam SMKN 1 Grogol