Identitas sebuah kota bisa dibangun dari apa saja, termasuk kaus
Dalam peradaban manusia, fashion bukanlah gaya hidup. Fashion adalah kebutuhan pokok dalam konstruksi sandang-pangan-papan.
Kebutuhan inilah yang menjadi ruh maraknya industri clothing tanah air, termasuk Kota Kediri. Pelan tetapi masif, bisnis ini menjadi incaran pengusaha muda, selain cafe dan hiburan. Salah satu yang paling populer di Kota Kediri adalah merek Gaplek.
Gaplek merupakan akronim Gampang Nemplek, yang bermakna pula serasi atau pas. Seperti filosofinya, kaus Gaplek memang istimewa. Selain bahannya yang lembut dan tidak panas, pilihan ukurannya juga presisi menyesuaikan body.
Jika nyaman dipakai dan stylist, kenapa namanya Gaplek?
“Gaplek itu salah satu ungkapan yang sering diucapkan masyarakat Kediri. Gaplek bisa diucapkan saat mengagumi sesuatu, atau bahkan mengumpat seseorang,” kata Rizky Kana Oksamal, pemilik clothing company Gaplek yang memiliki gerai di Jalan Adi Sucipto Kediri.
Lepas urusan nama, kaus Gaplek memang nyaman dipakai. Pilihan desain kaus yang dipadu ornamen kata sebagai ciri khasnya, membuat produk ini banyak diburu penggemar fashion. Kaus Gaplek bahkan telah menjadi ikon Kota Kediri berkat desain kata-katanya yang menautkan dengan kota itu.
Ini sekaligus strategi Rizky untuk membidik pasar masyarakat Kediri yang merantau ke luar kota. Maka tak heran jika kaus Gaplek banyak ditemukan ‘berkeliaran’ di seluruh pelosok tanah air.
Harganya juga ramah di kantong anak muda sebagai konsumen utama. Berkisar antara Rp 80.000 – 150.000 per potong. Harga yang pantas untuk kaus stylist dengan bahan istimewa.
Dari Tukang Sablon
Kesuksesan Rizky dalam membangun clothing company ini tak bisa disebut mudah. Rizky bahkan mengawali bisnisnya sebagai tukang sablon di rumahnya Kelurahan Manisrenggo. Selama empat tahun dia menjadi tukang sablon hingga memutuskan memproduksi kaus di tahun 2012 dengan nama Gaplek.
Rizky tak menampik jika ide tersebut banyak dipengaruhi oleh kesuksesan raksasa kaus Joger dan Dagadu. Bahkan Rizky bercita-cita membawa kaus Gaplek-nya sejajar dengan mereka.
Setahap demi setahap jalan itu mulai terbuka. Strategi pemasaran melalui media sosial dan M2M (mulut ke mulut) cukup mendongkrak popularitas kaus Gaplek khususnya anak muda. Rizky juga tak pelit menerima tawaran kerjasama dengan event organizer dan media massa untuk membranding produknya. “Selama saling menguntungkan dan mendukung, kenapa tidak,” katanya. (HTW)