JOMBANG – Di samping rumah di Jalan Kartini, Kelurahan Kaliwungu, Kecamatan Kota, Kabupaten Jombang, Santi Ramadhani membuka warung angkringan dengan nama Cafe Ecobrick.
Oleh pemiliknya, tempat tersebut dinamai Café Ecobrick lantaran konsep ruangan semua berasal dari sampah botol plastik rumah tangga, yang diisi sampah kering non biological, mulai tempat duduk, meja aksesoris dinding hingga perabot lainnya semua berbahan baku sampah ecobrick.
Tak hanya konsep ruangan, pemilik juga menerapkan cara bayar berbeda, pembeli tidak perlu membawa uang, namun cukup membawa sampah plastik rumah tangga untuk ditukarkan makanan dan minuman.
Bisnis kuliner yang dibangun di tengan pandemi ini sebenarnya bukan usaha baru ibu tiga anak ini. Sebelumnya Cafe tersebut telah ada, hanya saja sistim pembayaran dengan memanfaatkan sampah rumah tangga baru dijalankan belum lama ini.
“Motivasinya adalah untuk mengedukasi lingkungan, memang ini bentuk keprihatinan kami terhada plastik plastik cuilan fleksibel di tukang rosok yang ingin kita manfaatkan supaya bisa berdaya,” ujarnya sambil melayani warga yang menukarkan sampah dengan aneka minuman herbal dagangannya.
Sebenarnya ecobrick ini menurutnya adalah cara untuk bertanggungjawab terhadap sampah plastik yang tidak bisa dijual lagi. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti pembangunan. Di café miliknya ini, dirinya menerima sampah plastik dari warga sekitar, dengan niatan mengedukasi dirinya ingin sampah bisa terkelola dengan baik.
Santi sendiri adalah pegiat lingkungan yang sudah lama mengelola sampah melalui bank sampah. Dimasa pandemi ini dirinya mengeluarkan ide baru café ecobrick. Di café ini, ia melayani penukaran sampah plastik dengan aneka minuman herbal yang menyehatkan.
Café berlantai dua ini membuka jam layanan khusus penukaran sampah dengan aneka minuma mulai pukul 08.00 hingga pukul 15.00 setiap harinya. Sedang untuk sore hingga malam hari sudah menerapkan pembayaran dengan uang. “Pilihan minuman herbal ini untuk membantu ketahanan warga di masa pandemi,” jelasnya.
Menu yang dijajakan pun juga menggugah selera pelanggannya, dan terbilang minuman langka, seperti secang, wedang uwuh, kopi jahe, rosela serai dan telang serai. Semua minuman ini dikelola dengan ramuan herbal untuk menjaga imunitas sang pembelinya.
Alda Jawas, salah satu pembeli café ini mengaku senang dengan konsep ecobrick café ini, karena selain alat bayarnya hanya menggunakan sampah. Menu yang disajikan juga menyehatkan karena semua terbuat dari bahan rempah alami.
“Menunya sehat sehat karena semua terbuat dari herbal,” ujar Alda Jawas sambil menikmati minuman pesannya.
Nuansa aksesoris sampah yang unik menambah selera untuk menikmati keindahan lokasi semakin menarik. Seperti tempat duduk meja dan aneka perabot lainnya terbuat dari botol sampah. Ecobrick cafe bukanlah cafe biasa, tetapi cafe unik yang hampir seluruh furniturnya terbuat dari sampah. Meja dan kursi untuk duduk para pengunjung terbuat dari bahan sampah yang dimasukkan ke dalam botol dan dirangkai menjadi furnitur yang apik.(Syailendra)