Bacaini.ID, KEDIRI – Fisik dan mental manusia merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Keduanya saling memengaruhi.
Ada kalanya seseorang merasa sering kelelahan padahal tidak melakukan pekerjaan berat. Atau keinginan untuk tidur terus menerus dan enggan bangun.
Kondisi yang ada dikenal sebagai survival mode. Mode bertahan hidup.
Dikutip dari MVS Psychology, survival mode adalah keadaan psikologis kompleks yang dapat dipicu oleh berbagai pemicu stres.
Survival mode meliputi keadaan fisiologis dan psikologis. Saat kita berada dalam mode bertahan hidup ini, sistem saraf mengaktifkan respons fight or flight, melawan atau lari.
Kondisi tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol. Keadaan ini berasal dari otak yang membantu kita bertahan di saat krisis.
Respons fight or flight ini juga dapat bermanifestasi sebagai respons diam, tidak hanya memengaruhi perasaan tetapi juga cara kita berinteraksi dengan dunia sekitar.
Walaupun mode bertahan hidup adalah mekanisme alami yang membantu kita bertahan pada saat krisis, namun berada dalam kondisi ini untuk waktu lama dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.
Berikut beberapa tanda seseorang sedang dalam survival mode:
• Capek dan kelelahan saat bangun tidur
Bukannya menjadi fresh, seseorang dalam kondisi survival mode akan selalu merasa capek dan kelelahan bahkan setelah bangun tidur.
Tubuh terasa tak bertenaga dan tidak memiliki semangat melakukan apapun.
Hal ini sebenarnya menandakan tubuh butuh recovery. Liburan, jalan-jalan atau menyantap makanan enak bisa jadi obat agar tubuh dan pikiran segera pulih.
• Selalu butuh “energy drink”
Sangat tergantung pada minuman atau makanan untuk stimulan energi. Kopi, cokelat atau makanan dan minuman manis lainnya.
Tanpa asupan tersebut, tubuh menjadi lemas dan merasa tak bertenaga.
Ini bisa menjadi pertanda bahwa seseorang sedang dalam kondisi survival mode.
• Tidur seharian saat libur atau saat stress
Bentuk dari rasa kelelahan akibat dari stres. Bukannya malas atau tak ingin beraktivitas, tapi tubuh menjadi tidak ada energi untuk melakukan hal lain.
Boleh saja bertahan dalam kondisi ini selama beberapa waktu. Namun jika berkepanjangan akan berdampak pada kondisi fisik dan mental.
Temukan hal lain yang membuat semangat kembali. Mendengarkan musik atau nonton film bisa jadi pilihan.
• Sering menunda pekerjaan
Pernah merasa punya banyak tugas yang harus dikerjakan namun justru malah diam tidak melakukan apa-apa?
Otak terasa kewalahan bahkan hanya untuk memikirkannya saja sudah merasa capek. Hal ini juga merupakan tanda bahwa tubuh sedang dalam kondisi survival mode.
• Tidak bahagia bahkan dalam momen bahagia
Semua terasa hambar. Perasaan bahagia hanya sekelebat saja. Selebihnya merasa kosong dan hanya menjalankan hidup.
Merasa tidak ada yang benar-benar membuat bahagia adalah bentuk pertahanan hidup.
Jika hal ini terus terjadi, akan memengaruhi kondisi mental. Temukan kebahagiaan itu dengan banyak cara. Ikut kegiatan sosial misalnya, atau bergabung dalam komunitas tertentu.
Kondisi survival mode terjadi karena stres yang terus-menerus dan otak mengeluarkan hormon kortisol yang berlebihan.
Tubuh dan pikiran merespon dengan cara “bertahan”. Hidup tidak lagi bisa dinikmati. Jika hal ini terus terjadi, kualitas hidup akan terus menurun dan kesehatan fisik dan mental akan terganggu.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif