KEDIRI – Kasus penyebaran video porno mirip artis Syahrini menyeret warga Kabupaten Kediri sebagai pelakunya. Yang mengejutkan, pelaku dikenal pendiam dan jauh dari karakter akun medsosnya.
Penangkapan MS, 36 tahun, warga Dusun Bangsri, Desa Selorejo, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri oleh polisi mengejutkan semua orang. Tidak ada yang menduga jika penjaga kios kelontong dari keluarga kurang mampu itu menjadi pemilik akun medsos yang diburu Polda Metro Jaya. Pelapornya juga bukan orang sembarangan, artis Syahrini.
“Dia jarang bergaul dan sehari-hari menjaga kios kelontong yang dimodali saudaranya. Tidak ada warga yang tahu aktivitasnya di media sosial,” terang Supriyono, Kades Selorejo seperti ditulis Kompas.com.
Dalam pembahasan psikologi internet, sosok MS lekat dengan istilah disinhibition effect, yakni gambaran ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol (inhibit) perilaku, pikiran dan perasaan di dunia maya.
Mengutip penjelasan psikologi internet dalam pijarpsikologi.or, salah satu fakta yang sering kita jumpai adalah perbedaan cara berkomunikasi seseorang secara online dengan offline (langsung). Misalnya perilaku seseorang yang lebih mudah memaki dan menghina di dunia maya daripada di dunia nyata. Padahal di dunia nyata ia tidak berani mengungkapkan. Atau cerewet di medsos tapi pendiam dengan tetangga.
Suller, seorang ahli psikologi internet menyoroti empat alasan mengapa seseorang memperluas ekspresi emosi ketika sedang online.
Anonimitas
Internet memberi kesempatan untuk menampilkan diri kita sebagai orang lain. Anonimitas yang disuguhkan di dunia maya membuat orang lebih mudah menjadi seseorang yang berbeda. Kesempatan ini lah yang secara psikologis mendorong orang untuk menjadi orang lain.
Tidak terlihat (invisibility)
Di internet kita tidak perlu khawatir tentang bagaimana mengobrol secara online dengan orang lain. Sebab medsos memberi kesempatan untuk ‘tidak terlihat’. Hal ini sekaligus menyebabkan seseorang berani melakukan apa yang tidak berani ia lakukan di dunia nyata.
Asinkronisasi (asynchronicity)
Fitur internet yang asinkron (tidak selalu terhubung) memudahkan untuk memutus komunikasi dengan orang lain setiap saat. Hal ini tak bisa dilakukan di kehidupan nyata, dimana kita harus menghadapi hal yang tak disukai sekalipun. Misalnya, kita bisa left grup jika pembicaraan sudah tidak menarik, atau menghapus postingan jika mengusik orang lain.
Minimnya Tingkat Status dan Otoritas
Dalam dunia maya, status sosial dan otoritas terlihat sama. Tidak peduli apakah Anda seorang manajer perusahaan terkenal atau hanya murid SMP. Dalam internet semua berhak berbicara yang hal itu akan sangat sulit ditemui dalam dunia nyata. Apalagi jika dikombinasikan dengan berbagai faktor diatas, banyak orang yang dengan mudah saling berkomentar satu sama lain. Faktor ini pula yang membuat seseorang dapat berbeda saat di dunia maya dan di dunia nyata.
Teori di atas menjelaskan mengapa sejumlah pegiat medsos justru tak menggambarkan kepribadiannya dalam kehidupan nyata. Bahkan pelaku buzzer yang garang di medsos kerap diketahui sebagai sosok sederhana dan kerap termarginalkan dalam pergaulan sosial. (*)