Bacaini.id, NGANJUK – Dewan Pengurus Cabang (DPC) Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA-GMNI) Kabupaten Nganjuk menggelar sarasehan kebangsaan dan doa bersama untuk kusuma bangsa.
Kegiatan yang digelar dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno itu berlangsung di Pendopo KRT Sosrokoesomo Pemkab Nganjuk, Rabu, 21 Juni 2023, malam.
Mengusung tema ‘Pancasila Menjawab Tantangan Demokrasi’, kegiatan ini menghadirkan seorang akademisi ternama di Indonesia, Prof. Dr. Sri Setiaji, SH.,MH., dan Puji Setiono SH.,MH., seorang akademisi sekaligus dikenal sebagai aktivis GMNI tahun 90-an.
“Kegiatan ini digelar untuk mengenang Bung Karno yang wafat pada 21 Juni 1970. Sehingga bulan Juni disebut sebagai Bulan Bung Karno atau Bulan Bakti Bung Karno,” jelas Ketua PA-GMNI Kabupaten Nganjuk, Budi Santoso, Rabu malam.
PA-GMNI Kabupaten Nganjuk sengaja mengambil tema ‘Pancasila Menjawab Tantangan Demokrasi’ karena Pancasila yang dapat menjawab segala permasalahan bangsa. Tak terkecuali untuk permasalahan bangsa pada masa sekarang ini.
Menurut Ketua PA-GMNI Kabupaten Nganjuk, masih banyak hal yang perlu digali dari pemikiran Bung Karno terkait dengan hidup bernegara dan berdemokrasi. Salah satunya dengan upaya menyatukan Nusantara.
Pada tahun 1957, Negara Nusantara memerintahkan Insinyur Djuanda untuk menggelar konferensi. Sehingga tercetuslah Deklarasi Djuanda yang melahirkan Undang-Undang Zona Ekonomi Eksklusif.
“Saat berada di Bandung, Bung Karno bertemu dengan seorang petani bernama Marhaen dan memberikannya ajaran keberpihakan kepada rakyat kecil,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Bupati Nganjuk, Marhaen Djumadi mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan PA-GMNI. Menurutnya, jiwa nasionalisme perlu dipupuk secara terus menerus, termasuk kepada masyarakat Nganjuk agar mempunyai rasa memiliki Kabupaten Nganjuk.
“Kalau semua masyarakat di sini punya rasa memiliki dan kebanggaan kepada Kabupaten Nganjuk, maka pembangunan juga akan berjalan dengan lancar.” ujar Marhaen.
Terkait tema yang diusung pada kegiatan ini, Marhaen berpandangan bahwa demokrasi harus memiliki kedewasaan dalam berpikir. Sehingga masyarakat dapat menerima perbedaan serta tidak mencari kelemahan masing-masing individu atau kelompok lain dalam bernegara.
“Demokrasi itu harus punya dasar. Dasarnya apa? Pancasila sila keempat. Musyawarah Mufakat,” terangnya.
Sebagai mantan aktivis mahasiswa, Marhaen mengatakan bahwa mengikuti organisasi pergerakan dapat melatih mental dan keberanian mahasiswa. Dia pun menceritakan pengalamannya didemo oleh mahasiswa saat telah duduk di kursi kepemimpinan Kabupaten Nganjuk, seakan membuka memori perjuangannya sebagai mahasiswa.
“Kalau kita ngomong mahasiswa itu jadi teringat, kadang-kadang kangen juga. Didemo itu kadang ya seneng saya. Itu dinamika, berarti orang itu cinta terhadap Nganjuk,” tandasnya.
Marhaen berharap, khususnya kepada masyarakat Kabupaten Nganjuk untuk semakin dewasa dalam berdemokrasi, sehingga tercipta kehidupan guyup rukun, aman dan sejahtera.
Penulis: Asep Bahar
Editor: Novira