Bacaini.ID, KEDIRI – Geger kiriman paket berisi bangkai binatang, yakni kepala babi dan tikus mati ke kantor Tempo memunculkan banyak spekulasi.
Terlepas dari unsur politis, teror dengan mengirimkan benda-benda menjijikkan atau melakukan panggilan telepon anonim, menunjukkan adanya masalah psikologis pada peneror.
Dikutip dari Quora, berikut beberapa alasan dan tujuan seseorang melakukan teror.
Kontrol dan Kekuasaan
Perilaku teror sering kali didorong oleh keinginan untuk mengendalikan seseorang atau sesuatu.
Mengirim barang-barang yang mengganggu atau melakukan panggilan telepon yang meresahkan merupakan cara peneror menunjukkan kekuasaan dan menimbulkan rasa takut, sehingga menguatkan dominasi.
Obsesi
Pelaku mungkin memiliki obsesi yang tidak sehat terhadap korbannya. Tindakan teror bisa jadi manifestasi dari obsesi mereka.
Pelaku berpikir bahwa tindakan tersebut entah bagaimana akan mendekatkan korban atau setidaknya menimbulkan reaksi.
Komunikasi
Pelaku teror menganggap tindakan mereka sebagai bentuk komunikasi. Tujuannya untuk menyampaikan perasaan atau maksud mereka.
Dengan mengirim benda-benda yang mengejutkan, mereka berharap adanya respons dari korban sekaligus menyadari kehadiran mereka.
Kurangnya Empati
Pelaku teror seringkali merupakan orang yang kesulitan berempati.
Sulit bagi mereka untuk memahami bagaimana tindakan mereka memengaruhi korban.
Mereka mungkin tidak melihat bahaya dalam perilaku mereka atau mungkin merasionalisasikannya dalam pikiran mereka.
Menantang adrenalin
Bagi beberapa pelaku teror, tindakan tak terpuji ini mereka anggap mengasyikkan.
Mereka menikmati hal-hal beresiko yang mereka lakukan untuk menantang adrenalin.
Ini yangenimbulkan dorongan bertindak tidak rasional dan kontraproduktif.
Masalah kesehatan mental
Perilaku tidak biasa ini dapat dikaitkan dengan berbagai gangguan kesehatan mental, seperti gangguan kepribadian atau gangguan delusi.
Kondisi ini dapat mendistorsi persepsi pelaku teror terhadap realitas. Juga mendorong mereka untuk terlibat dalam tindakan aneh atau berbahaya.
Persepsi yang salah
Pelaku teror mungkin memiliki persepsi yang menyimpang tentang bagaimana terhubung dengan orang lain atau lingkungan sosial.
Mereka berpikir bahwa tindakan teror yang mereka lakukan, entah bagaimana akan membuat orang lain memahami maksud dan keinginan mereka.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif