Bacaini.id, YOGYA – Taman Sari menjadi salah satu ikon wisata terpenting di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Taman Sari merupakan kebun keraton Jogja yang dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I (1758-1765).
Pembangunan Taman Sari yang bergaya arsitektur perpaduan Jawa dan Portugis itu, selesai pada masa Sultan Hamengku Buwono II. Mengunjungi Jogja rasanya belum afdol jika belum mampir ke Taman Sari.
Sayang, pada lebaran hari pertama dan kedua Idul Fitri (10-11 April 2024), komplek wisata yang berada di wilayah Rukun Taman Kecamatan Keraton Yogyakarta itu, masih tertutup untuk umum.
Dari pengumuman yang menempel di kawasan lokasi wisata Taman Sari, pengelola wisata diketahui baru akan membuka kembali pada lebaran hari ketiga, yakni Jumat 12 April 2024.
“Ini pertama kali ditutup pasca wabah Covid-19. Dulu setiap lebaran tetap buka,” tutur warga setempat.
Lantas bagaimana dengan para pelancong yang terlanjur datang? Tentu kecewa. Namun mereka setidaknya masih bisa mengambil foto di kawasan Taman Sari yang luas itu.
Di udara siang Jogja yang terik, para wisatawan dari berbagai daerah terlihat bergiliran mengambil foto. Tampak sejumlah turis asing dari Eropa, Timur Tengah dan India. Gerbang Taman Sari yang megah tampaknya menjadi view paling favorit.
Banyaknya wisatawan yang datang membuat sepanjang jalan Taman ramai dipenuhi kendaraan roda empat. Jalan Taman merupakan akses utama wilayah Taman Sari menuju alun-alun Kidul keraton Jogja.
Masuk Jalan Kampung
Tidak semua wisatawan menyerah. Bagi pelancong yang datang bersama warga lokal ternyata masih memiliki cara untuk menerobos masuk ke kawasan Taman Sari. Ada jalan alternatif yang tidak semua orang tahu, apalagi wisatawan dari luar kota.
Jalan alternatif itu berada di sebelah Pasar Ngasem, yakni pasar tradisional yang bersebelahan dengan kawasan Taman Sari. Akses altenatif itu berupa jalan setapak yang melewati perkampungan padat penduduk.
Lebih tepat disebut gang-gang kecil daripada jalan. Untuk sampai di kawasan Taman Sari, wisatawan harus menyusuri gang kecil yang berliku-liku. Termasuk beberapa kali melintasi bagian belakang rumah warga.
“Kalau tidak dipandu warga kampung sini juga sulit, karena banyak belokan,” tutur Sunarti salah seorang pemilik kedai makanan dan minuman di Pasar Ngasem.
Sayangnya, pintu sisi samping Taman Sari yang biasanya terbuka, pada lebaran Idul Fitri ini juga dalam posisi terkunci. Terlihat warga setempat yang ramai berhalal bi halal. “Taman Sari masih tutup, “seloroh warga kepada wisatawan yang kecele.
Fungsi Taman Sari Untuk Kekuasaan Keraton
Taman Sari memiliki fungsi sebagai pesanggarahan, yakni tempat bercengkrama sekaligus rekreasi Raja Keraton Jogja dan keluarganya, terutama para putri keraton.
Hal itu yang membuat bagian dalam Taman Sari terdapat sejumlah kluster yang menawarkan suasana peristirahatan yang memesona.
Kolam atau Pasiraman Umbul Winangun adalah salah satu ikon terkuat bagian dalam Taman Sari. Di komplek itu terdapat tiga kolam pemandian yang seluruhnya dikelilingi tembok megah pada sisi barat dan timur.
Lokasi kolam Umbul Winangun berada lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya. Air yang mengalir di kolam dulunya diambil dari Sungai Winongo yang mengalir dari sisi barat Taman Sari.
Selain Umbul Winangun, terdapat sejumlah bangunan megah yang menarik perhatian. Di antaranya Gedong Sekawan, Gapura Panggung dan Gerbang Kenari yang menghubungkan Jalan Taman dengan komplek Taman Sari.
Dihimpun dari berbagai sumber, selain berfungsi sebagai pesanggrahan, Taman Sari keraton Jogja ternyata juga memiliki fungsi sebagai pertahanan yang dilengkapi lorong-lorong bawah tanah dan dapur.
Adanya jalan bawah tanah dan jembatan gantung membuktikan Taman Sari keraton Jogja juga dipakai Raja Jawa untuk meninjau musuh-musuhnya yang hendak datang dengan niat menyerang.
Penulis: Solichan Arif