Bacaini.ID, NGANJUK – Kawasan hutan lereng Gunung Wilis di Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk jadi salah satu jalur gerilya Menteri Soepeno pasca Ibu Kota Negara Indonesia di Yogyakarta dikuasai kolonial Belanda pada Agresi Militer II 19 Desember 1948.
Soepeno merupakan Menteri Pembangunan dan Pemuda Kabinet Hatta I masa Pemerintahan Presiden Soekarno. Sepulang berdinas di Cepu, Kabupaten Blora Jawa Tengah, ia mendapati pusat pemerintahan telah dikuasai musuh.
Politisi kelahiran Pekalongan Jawa Tengah 12 Juni 1916 melihat gejala pasukan kolonial Belanda telah mengepung saat dirinya tiba di wilayah Prambanan, Klaten Jawa Tengah.
Saat itu juga diputuskanlah putar balik menuju Tawangmangu, dekat Solo, dengan tujuan bergabung dengan para pejabat Indonesia yang lolos dari sergapan tentara Belanda.
“Dari pertemuan itu, disepakati masing-masing pejabat akan turut bergerilya hingga situasi terkendali. Menteri Soepeno diarahkan ke timur di lereng Gunung Wilis, tempat Jendral Soedirman bermarkas,” tutur Pemerhati Sejarah Nganjuk, Aris Trio Effendi, Senin (11/8/2024).
Menteri Soepeno bergerilya dari kampung ke kampung, hutan ke hutan, menggerakan rakyat untuk berjuang bersama melawan kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.
Hampir tiga pekan bergerak rombongan Menteri Soepeno tiba di Desa Wayang, Ponorogo, bertemu dengan ajudan Jendral Soedirman, Kapten Soepardjo Roestam yang saat itu mengemban misi mencari para pejabat Indonesia.
Sementara untuk bertemu Jenderal Soedirman tidak mudah. Lantaran menghindari sergapan pasukan Belanda, rombongan Soepeno berkali-kali terpaksa memutar jalan.
“Pada tanggal 20 Februari 1949, rombongan Menteri Soepeno menjejakan kaki di Dusun Ganter, Nganjuk. Berencana menginap beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan,” ungkap Aris.
Hanya selisih 4 hari, yakni 24 Februari 1949, tentara Belanda menyerang Dusun Ganter, dan Soepeno yang waktu itu sedang mandi ikut ditangkap. Soepeno dipaksa berjongkok dan diinterogasi.
Meski moncong senjata tentara Belanda menempel di pelipisnya, Soepeno bersiteguh tidak membuka identitasnya, dan tetap mengaku penduduk setempat. Tentara Belanda naik pitam.
Menteri Soepeno ditembak di depan umum hingga meninggal dunia. Begitu juga 6 orang rombongan yang mengiringi Soepeno, termasuk ajudannya, Mayor Samudro, juga dieksekusi mati.
“Belanda tidak tahu kalau yang dibunuh itu seorang menteri indonesia, Karena Menteri Soepeno hanya bilang dia penduduk setempat,” terang Aries.
Begitu tentara Belanda pergi, warga setempat memakamkan jenazah Menteri Soepeno di Dusun Ganter, kawasan Gunung Wilis, Nganjuk. Setahun kemudian, makam dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Semaki, yang kini dikenal Taman Makam Pahlwan Kusuma Negara Yogyakarta.
“Dusun Ganter sekarang sudah tidak ada, tapi ini dulunya jadi makam Menteri Soepeno. Nisan kayu di sekeliling makam dimungkinkan para pengikutnya,” tambah Aries.
Petilasan makam Menteri Soepeno diketahui berada di tengah hutan, RPH Makuto, Petak 29G, KPH Kediri, BKPH Pace.
Lokasi tersebut melewati percabangan jalan setapak sebelum arah jalan menuju wisata air terjun Singokromo di Desa Ngliman Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk.
Atas jasanya Pemerintah Indonesia menetapkan Menteri Soepeno sebagai Pahlawan Nasional dan dianugerahi tanda kehormatan bintang mahaputra kelas III secara Anumerta.
Penulis: Asep Bahar
Editor: Solichan Arif