Bacaini.ID, KEDIRI – Memakai make up atau riasan wajah bukan hal yang modern.
Make up wajah digunakan sejak berabad lampau oleh nenek moyang kita. Dulunya motivasi penggunaan make up jauh untuk kebutuhan keindahan atau estetika.
Pada era kuno make up dipakai sebagai medium untuk menyatukan ritual dan simbolisme.
Seperti pada masa Mesir Kuno, menggunakan kohl atau celak mata bertujuan untuk melindungi diri dari roh jahat sekaligus penanda status sosial mereka.
Pada perkembangannya pemakaian celak bertujuan untuk estetika, di mana kemudian akrab disebut eyeliner. Tata rias telah berevolusi jadi standar kecantikan, kekuatan, dan bahkan gerakan sosial.
Readers, merias wajah ternyata lebih dari sekedar memulaskan warna untuk mempercantik diri.
Ber-make up adalah ekspresi halus dari dalam ke luar, bukan sekadar rutinitas kecantikan, tapi permainan cermin antara siapa diri kita dan bagaimana kita ingin dipandang.
Jadi make up memiliki pengaruh psikologis bagi pemakainya. Bagaimana dia mencitrakan diri dan ingin dipandang orang lain.
Dilansir dari Globalacademicinstitude.com, berikut korelasi antara make up dan psikologis seseorang :
Make up Menunjukkan Karakter
Tas rias bagi seseorang seringkali jadi cerminan jiwa. Menerapkan riasan dapat dilihat sebagai tindakan mengomunikasikan diri sendiri, cara menggambarkan bagian dari kepribadian atau suasana hati seseorang.
Melalui make up, seseorang dapat mengekspresikan rasa percaya diri, sikap menahan diri, atau bahkan pemberontakan. Riasan menjadi bahasa non-verbal yang kuat, di mana karakter individu terbentuk melalui sapuan kuas dan corak warna.
Make up Menggambarkan Psikologis
Make up membuat seseorang lebih percaya diri dan merasa siap menjalani hari. Riasan wajah dapat bertindak seperti pelindung, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan harga diri.
Namun penggunaan berlebihan dapat menunjukkan pencarian kesempurnaan yang tidak nyata. Riasan wajah yang berlebihan menandakan seseorang sedang menutupi rasa tidak aman yang mendalam.
Make up Area Wajah Untuk Tujuan Tertentu
Spot highlight make up yang sering dilakukan adalah pada area mata atau bibir. Memilih untuk memfokuskan riasan pada mata atau bibir bukanlah hal yang sepele.
Ini adalah keputusan yang diwarnai pendekatan psikologi. Memilih mata sebagai spot highlight riasan wajah menandakan seseorang menginginkan agar selalu terhubung dengan lawan bicara. Ada pesan terselubung yang disampaikan lewat mata dengan tujuan untuk memikat seseorang.
Ada keinginan untuk diperhatikan maupun intimidasi. Sebaliknya menonjolkan bibir dapat dikaitkan dengan sensualitas atau ekspresi ucapan dan gagasan.
Strategi fokus ini mengungkapkan keinginan dan pesan yang ingin kita proyeksikan secara sadar atau tidak sadar.
Warna Make Up Menunjukkan Emosi dan Pikiran
Warna-warna yang dipilih untuk riasan wajah secara tidak langsung berbicara tentang keadaan pikiran dan emosi kita.
Warna cerah mencerminkan semangat yang berani, sedangkan palet yang lebih lembut dapat menunjukkan watak yang tenang atau kontemplatif.
Penelitian dalam psikologi warna menunjukkan bahwa hal ini memengaruhi suasana hati dan bahkan perilaku kita, menjadikan riasan sebagai alat yang ampuh untuk membentuk pengalaman batin dan persepsi orang lain terhadap kita.
Readers, pada akhirnya merias wajah adalah tindakan yang sarat dengan makna psikologis, baik dari pilihan warna, bagian wajah yang disorot, atau alasan sejarah dan budaya penggunaannya. Merias wajah adalah perpaduan yang menarik antara estetika dan psikologi.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif