Bacaini.ID, KEDIRI – Pemerah bibir sudah dikenal sejak 5000 tahun silam yang awalnya dibuat dari batu permata yang diremuk dan dioleskan pada bibir dan bagian wajah lain.
Pewarna bibir atau lipstik atau gincu diketahui bukan hanya pemanis penampilan, tapi juga merupakan tradisi kuno turun temurun, dengan berbagai tujuan.
Lipstik Era Kuno
Masyarakat Mesopotamia umumnya gemar bersolek. Orang-orang Sumeria kuno itu suka memakai leburan batu permata untuk pewarna bibir.
Pada era Mesir kuno, Cleopatra VII, menghancurkan serangga untuk menciptakan warna merah pada bibir.
Kitab Kamasutra juga menyebut pewarnaan bibir dari lak merah dan lilin lebah serta metode penggunaannya.
Orang Mesir kuno memakai lipstik untuk menunjukkan status sosial, bukan gender.
Mereka mengekstraksi pewarna merah dari alga, yodium, dan beberapa brom mannit, bahan pemutih kimia. Namun sialnya malah mendatangkan penyakit serius.
Lipstik dengan efek berkilau awalnya dibuat dengan menggunakan bahan mutiara yang terdapat pada sisik ikan.
Di China, pewarna bibir dibuat dari lilin lebah lebih dari 1000 tahun lalu. Di era Dinasti Tang (618-907 SM), penambahan minyak aroma diterapkan pada pewarna bibir.
Pada jaman Yunani Kuno, wanita penghibur diwajibkan memakai pigmen bibir merah untuk membedakan dengan wanita terhormat dari kelas atas.
Lipstik pada jaman Yunani kuno terbuat dari kombinasi pewarna merah, keringat domba, dan kotoran buaya.
Cikal bakal lipstik modern
Lipstik modern awal, adalah pewarna bibir padat yang dicetak, pada sekitar 5-12 Masehi.
Ditemukan oleh ahli bedah sekaligus ahli kosmetik, Abu Al-Qasim Al-Zahrawi pada era kejayaan Islam.
Lipstik dikemas dalam bentuk padat seperti tongkat parfum dengan cetakan khusus.
Dikutip dari Axiology Beauty pada abad ke-16, Inggris melalui Ratu Elizabeth menghidupkan kembali popularitas lipstik merah, setelah sempat dianggap tabu karena pengaruh Yunani.
Perempuan pemakai lipstik dianggap bukan perempuan baik-baik. Stigma pewarna bibir di Eropa cenderung lebih negatif.
Pada tahun 1700-an, pemakaian lipstik kembali menjadi masalah sosial di Inggris.
Lipstik merah dilarang karena perempuan menggunakan kosmetik dianggap sebagai alat untuk merayu laki-laki agar dinikahi
Lipstik dituduh sebagai media sihir yang digunakan perempuan untuk memikat laki-laki.
Undang-undang serupa berlaku di Amerika Serikat, di mana sebuah pernikahan dapat dibatalkan jika diketahui si wanita memakai lipstik merah selama masa pacaran.
Hingga akhir tahun 1800-an, sebagian besar lipstik dibuat sendiri, dibuat dengan pewarna merah tua yang diekstraksi dari serangga yang disebut cochineal.
Lipstik pertama yang diproduksi secara komersial ditemukan pada tahun 1884 oleh pembuat parfum Perancis.
Lipstik diformulasikan dari kombinasi lemak rusa, minyak jarak, dan lilin lebah.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif