Bacaini.id, KEDIRI – Kota Kediri berhasil mendapat peringkat II terbaik dalam Penilaian Kinerja Percepatan Penurunan Stunting Terintegrasi Provinsi Jawa Timur, Rabu (3/4). Peringkat tersebut didapatkan dari hasil kinerja Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Kediri dalam pelaksanaan 8 aksi konvergensi percepatan penurunan stunting tahun 2023. Penghargaan ini diserahkan Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia (BKKBN RI) Novian Andusti dan diterima oleh Plt Kepala DP3AP2KB Mandung Sulaksono, di Hotel Platinum Surabaya.
Terdapat 5 indikator penilaian meliputi : (1) Pelaporan 8 Aksi Konvergensi (30%) meliputi aksi 1 (Analisa Situasi), aksi 2 (Rencana Kegiatan), aksi 3 (Rembuk Stunting), aksi 4 (Peraturan Walikota tentang Peran Kelurahan), aksi 5 (pembinaan kader kelurahan), aksi 6 (sistem manajemen data), aksi 7 (pengukuran dan publikasi stunting), dan aksi 8 (review kinerja tahunan); (2) Indikator Kesehatan; (3) Indikator Bangga Kencana; (4) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS); dan (5) Penilaian Paparan. Kelima indikator tersebut sebelumnya telah dipaparkan oleh Kota Kediri dan 37 Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Timur secara hybrid.
Saat ditemui, PJ Wali Kota Kediri bersyukur atas diraihnya peringkat II ini. Hal ini berkat kerja keras bersama. Targetnya Kota Kediri bisa meraih peringkat I dalam percepatan penurunan stunting ini. “Untuk itu saya minta terus lakukan inovasi program dalam pencegahan stunting ini, harapannya Kota Kediri tidak ada anak yang stunting,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Zanariah menjelaskan bahwa beberapa inovasi program yang mengantarkan Kota Kediri bisa meraih peringkat II ini diantaranya Aplikasi Papi Asik (Program Pemantauan Ibu, Anak dan Siklus Kehidupan). Lalu intervensi spesifik berupa Gerakan Minum Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri (Galuh Trendi) dan ibu hamil untuk mencegah anemia, home visit dan pemberian Pangan dengan Kondisi Khusus (PDK) bagi bumil KEK, pemberian PKMK dan makanan tambahan bagi balita stunting selama 90 hari, bantuan pangan olahan ikan dalam rangka Gemarikan, Gerakan Masyarakat Peduli ASI Eksklusif (GEMAPASI), pemeriksaan USG ibu hamil di Puskesmas, penyediaan antopometri kit di seluruh puskesmas, serta layanan 1 puskesmas 1 dokter spesialis anak untuk memastikan kondisi stunting pada balita.
Selanjutnya intervensi sensitif yang bersifat preventif melalui Universal Health Coverage yang sudah melampaui 100%, program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) di seluruh kelurahan di Kota Kediri yang merupakan pendidikan untuk orang tua dalam menarapkan pola asuh yang baik, pencegahan perkawinan anak dengan mengadakan Sekolah Bagi Perempuan Bekal Tantangan Hidup di Masa Depan (Selimut Hati), strategi komunikasi bagi kader Kesehatan dan tenaga kesehatan, konseling pra nikah, penyelesaian kawasan kumuh, penyediaan air bersih dan sanitasi layak yang mencapai 100% Open Defecation Free (ODF), serta masih banyak lagi. Di samping itu, Program Pemberdayaan Masyarakat (Prodamas) juga memberi sumbangsih besar dalam pencegahan stunting ini.(ADV)