KEDIRI – Sejumlah petani di Desa Sambirejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri terus berupaya membudidayakan tanaman pangan organik. Dalam prosesnya penanaman tidak dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia, sehingga lebih aman dan ramah lingkungan.
Pamong Gubug Lazaris, Romo Hardo mengatakan, pola tanam organik dipakai sebagai upaya membiasakan masyarakat untuk hidup lebih sehat, mereka juga ingin menjadi petani yang berkontribusi dalam rangka pelestarian lingkungan.
“Sebagai petani tidak hanya menanam pangan yang sehat, sekaligus sebagai petani yang peduli dengan kelestarian lingkungan hidup,” kata Romo Hardo kepada Bacaini.id.
baca ini : Pengusaha Bantal Leher Bertahan Di Masa Pandemi
Dia menyebut, produk unggulan yang diproduksi petani Gubug Lazaris adalah beras organik. Menurut Romo Hardo produksi beras unggulan tidak hanya satu macam. Selain beras putih organik, ada juga beras merah organik, beras hitam organik dan beras ungu organik.
Dengan memanfaatkan lahan pertanian seluas 2,5 hektare, 2 ton beras dari keempat jenis padi yang ditanam, bisa didapat dalam satu kali panen. Empat jenis beras yang diproduksi dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 20.000 – Rp 30.000 setiap satu kilogram.
Selain ditanami padi, lahan tersebut juga ditanami aneka sayur dan buah-buahan seperti jagung, kedelai, sorgum, sedangkan pohon buah yang ditanam diantaranya pohon nangka, klengkeng, sirsat dan juga belimbing. “Pohon buah itu juga kami fungsikan sebagai peneduh. Produksi sayuran juga kami jual Rp 20.000 satu kilogramnya,” imbuhnya.
baca ini : Tebuci, Burger Bakar Murah Dengan Daging Hingga 2 Ons
Selain itu, komunitas ini juga beternak sapi perah yang kotorannya difungsikan sebagai bahan pupuk organik. Kotoran sapi difermentasi dan diolah menjadi pupuk, sedangkan pengganti pestisida mereka menggunakan pengendali hama dari agen hayati.
Lebih lanjut, Romo Hardo juga mengatakan keseluruhan proses dilakukan oleh Komunitas Petani Gubug Lazaris. Mulai dari pengadaan benih, proses tanam sampai panen serta dalam produksi dan pemasaran. Hal itu menjadi salah satu upaya agar untuk belajar menjadi petani mandiri.
“Kita pasarkan sendiri,packing sendiri, beberapa kami olah sendiri, sehingga petani tidak tergantung pada tengkulak atau harga pasar, sehingga seringkali petani selalu kalah,” pungkasnya.
baca ini : Andalkan Desain Kata, Kaos Kecakot Ramai Dicari
Sejak diresmikan menjadi komunitas pada tahun 2010 sampai saat ini, Komunitas Petani Gubug Lazaris konsisten mengelola pertanian dan menghasilkan tanaman pangan yang sehat. Hasil produksi banyak diminati pelanggan dari seluruh daerah di Jawa Timur.
Penulis : Novira Kharisma
Editor : Karebet