Bacaini.ID, KEDIRI – Keputusan Hanindhito Himawan Pramana menggandeng Nafif Laha sebagai bakal calon Wakil Bupati Kediri di pilkada 2024 bukan pilihan mudah. Partai Gerindra berpeluang mengusung calon bupati sendiri di pilkada yang akan datang pada 2029.
Musthofa, pengamat politik dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta mengatakan, keputusan Hanindhito menggandeng kader Gerindra Nafif Naha membawa konsekuensi.
“Ini adalah pencalonan terakhir bagi Dhito. Jika tidak berkoalisi dengan partai penguasa (Gerindra), akan sangat berbahaya. Deny Widyanarko bisa menjadi ancaman jika Gerindra bergabung dengannya,” kata Musthofa kepada Bacaini.ID, Jumat, 26 Juli 2024.
Di sisi lain, situasi ini menjadi keuntungan bagi Partai Gerindra. Nafif Laha akan berpeluang tampil menjadi calon bupati di pilkada berikutnya, mengingat kesempatan Dhito untuk maju kembali sudah habis.
baca ini Tren Pemberitaan Dhito Menurun Tapi Masih Unggul
Menurut Musthofa, ini akan menyulitkan bagi Dhito jika ingin mencalonkan istrinya menjadi bupati di pilkada berikutnya. Sebab kebiasaan selama ini, para kepala daerah akan mengusung keluarga mereka untuk memperpanjang kekuasaan. “Lawan terberatnya besok adalah wakilnya sendiri,” ujar Musthofa.
Musthofa juga melihat keunikan pada pilkada kali ini. Partai Gerindra yang mengusung Khofifah Indar Parawansa sebagai bakal calon Gubernur Jatim tidak melakukannya di Kabupaten Kediri. “Padahal Khofifah dan Mudawamah sama-sama Ketua Muslimat,” terang Musthofa.
Mudawamah adalah bakal calon wakil bupati yang digandeng Deny Widyanarko pada pilkada mendatang yang saat ini masih menjadi Ketua Muslimat NU Kabupaten Kediri. Pasangan ini diusung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nasional Demokrat (NasDem). Sedangkan Hanindhito Himawan Pramana dan Nafif Laha diusung PDI-P, Golkar, PAN, PKS, dan Gerindra. Kali ini Hanindhito tidak lagi melawan “kotak kosong” tetapi memiliki lawan yang bakal menyulitkan, apalagi massa Muslimat NU di Kabupaten Kediri cukup kompak, aktif dan militan.
Fakta ini menunjukkan jika koalisi di pilpres tidak tegak lurus dengan pemilihan kepala daerah. Sehingga dibutuhkan kemampuan para kandidat dalam ‘mencuri perhatian’ partai politik untuk diusung. Harus kreatif, komunikatif dengan semua elemen masyarakat di Kabupaten Kediri.
Pengajar ilmu politik ini menambahkan, pilkada November 2024 akan menjadi pertarungan berat bagi Dhito. Setelah sebelumnya kemenangan Dhito diraih atas “bumbung kosong”, kali ini ia mendapat lawan yang cukup berat. “Dia harus berhadapan dengan warga nahdliyin yang direpresentasikan oleh Mudawamah sebagai Ketua Muslimat,” tutur Musthofa.
Pemungutan suara calon kepala daerah di Kabupaten Kediri akan dilaksanakan di 2.130 TPS, yang tersebar di 343 desa. Jumlah TPS ini berkurang cukup besar dari pemilihan presiden lalu sebanyak 4.261 TPS.
Penulis: Hari Tri Wasono
Comments 1