Bacaini.id, JOMBANG – Saat hari masih pagi, Triman sudah bersiap menyusuri rimbunnya kebun durian di kawasan Wonosalam, Jombang. Mengendarai sepeda motor modifikasian ala pegunungan, pria ini menuju lokasi tuan tanah yang memesan jasanya.
Sehari-hari, Triman berprofesi sebagai tenaga serabutan. Namun, ladang rezeki hadir ketika memasuki musim durian. Pria ini akan menerima job sebagai tukang panjat pohon durian, mengikat buah yang hampir masak dengan tali sekaligus memetik yang sudah masak.
Bisa dibayangkan betapa ekstremnnya profesi Triman, sampai-sampai pemilik lahannya sendiri enggan untuk melakukannya. Pohon durian yang rata-rata sudah berdiri sejak puluhan tahun cenderung berukuran besar dan menjulang tinggi.
Tiba di lahan yang menjadi sasaran, pemuda ini langsung memarkir sepeda motornya di bawah pohon durian berusia 50 tahun milik sang tuan tanah. Memakai kaos lengan panjang dan celana pendek, Triman dengan sigap memanjat, hanya dengan seutas tali tampar sebagai pengaman.
Tak lupa dia membawa potongan tali rafia dengan jumlah yang terbilang sangat banyak untuk mengikat buah durian siap masak. Tahun ini, pohon durian milik tuan tanah kebetulan tumbuh subur dan menghasilkan buah cukup banyak mencapai ratusan.
“Diikat biar tidak jatuh saat masak,” kata Triman kepada Bacaini.id disela persiapannya memanjat pohon durian, Senin, 23 Januari 2023.
Benar-benar hanya menggunakan peralatan dan pengamanan seadanya, sejurus kemudian dia sudah sampai di atas pohon. Dia mampu menali buah durian siap masak bahkan hingga ranting terkecil. Kepiawaiannya ini yang membuatnya selalu kebanjiran order jelang musim panen.
Triman mengaku sudah lama menekuni profesi musiman ini. Besar kecilnya ukuran pohon durian berusia puluhan tahun tak jadi soal. Skill memanjat tingkat dewa bisa dibilang telah melekat pada dirinya. Menali durian yang tumbuh di ujung dahan pun dia ladeni.
“Satu pohon saja bisa sampai ratusan buah yang ditali,” aku Triman.
Sekali dapat job, Triman mendapat upah sesuai jumlah buah yang berhasil dia ikat. Satu buah dihitung Rp2.000. Namun resiko pekerjaan musiman yang digelutinya ini tentu saja cukup besar, terlebih berkaitan dengan keselamatan.
Secara profesional, pria usia 30-an ini harus bisa mengikat seluruh buah siap masak. Tentu Triman harus berpindah dari satu cabang ke cabang lainnya bahkan dari satu ranting ke ranting yang lain. Sekali lagi, hanya dengan bergelantungan memakai tali tampar dan alat seadanya.
“Sehari bisa mengikat 300 buah durian. Iya, saya sendirian,” imbuhnya.
Sementara itu, Supandi, salah satu petani durian mengatakan proses mengikat buah durian biasanya dilakukan 15 hari sebelum masak. Lalu dia harus menunggu sekitar dua minggu untuk kembali memantau kebunnya, memastikan apakah buah durian sudah lepas dari tangkainya.
“Ini harus diperhitungkan, karena proses (pengikatan) ini penting untuk memaksimalkan hasil panen,” kata Supandi.
Supandi mengaku sengaja menggunakan jasa seseorang seperti Tarmin, karena tidak mungkin baginya untuk melakukan sendiri. Menurutnya, biaya ataupun upah yang diberikan tidak hanya untuk mengikat buah durian hampir masak, melainkan untuk perawatan secara keseluruhan.
“Hitungannya mulai dari penyemprotan, pengikatan sampai memanen. 30 persen untuk operasional tanam hingga panen,” pungkasnya.
Kecamatan Wonosalam nemang mejadi sentra durian di Jombang. Buah durian dari dataran tinggi ini memiliki rasa yang khas, sehingga banyak dicari penggemarnya.
Biasanya musim tanam durian jatuh pada bulan Oktober dan setiap awal tahun seperti sekarang ini telah memasuki musim panen dan siap menuju musim panen raya antara bulan Februari hingga Maret.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira