Bacaini.id, JOMBANG – Kisah tokek keramat di makam Kedungwinong Desa Bareng, Kecamatan Bareng, Jombang dipercaya banyak orang. Tokek ini menempati sebuah pohon besar di pintu masuk makam.
Tidak ada yang tahu persis sejak kapan keberadaan tokek itu di sana. Warga percaya jika tokek itu sudah ada sejak puluhan tahun silam dan menjadi penunggu makam.
Kemisteriusan tokek ini kerap dikaitkan dengan kemunculannya yang ajaib. Tokek ini diyakini hanya muncul di waktu tertentu dan menghilang tak jelas rimbanya. Warga yang berusaha menangkapnya juga selalu gagal.
“Pernah ada yang menawari sepeda motor untuk warga yang bisa mengambil tokek itu. Tapi selalu gagal,” ujar Samiaji, tokoh pemuda di Dusun Kedungwinong kepada Bacaini.id, Kamis, 20 Oktober 2022.
Rata-rata para pemburu tokek ini berasal dari luar desa. Mereka rela menginap di makam beberapa hari dan melakukan ritual tertentu untuk mendapatkan tokek. Itupun belum tentu berhasil menemukan tokek yang dimaksud.
Sebuah peristiwa mistis pernah dialami seorang pemuda warga desa tetangga. Tanpa sepengetahuan warga, dia mendatangi makam pada malam hari. Di sana, tanpa sengaja dia menemukan dan berhasil menangkap seekor tokek. Penampakan tokek yang ditangkap biasa saja, tidak ada yang istimewa.
Seketika itu juga dia membawa pulang tokek itu. Saat bertemu pemesan dan hendak menerima yang, mendadak pemuda itu ragu. Sebab di luar nalar, tokek itu berubah wujud menyerupai anaknya. “Dia batal menjual dan mengembalikan tokek itu ke tempat asalnya,” kata Samiaji.
Kasak kusuk warga menyebut jika tokek itu adalah penghuni pohon yang menjadi makam Mbah Kudus dan Nyai Reki. Keduanya adalah leluhur yang membuka kawasan (babat alas) desa itu. Sayang makam tersebut sudah tertimbun dan menjelma menjadi pohon besar.
Mbah Kudus dan Nyai Reki diyakini memiliki hubungan kerabat dengan Wali Wonosegoro yang ada di Gunung Kuncung Wonosalam. Waliwonosegoro merupakan sosok bernama Sunari yang dipercaya merupakan Raja Brawijaya V. Dia memilih menjadi rakyat biasa selepas menjadi Raja Majapahit.
Karena itu warga selalu meminta siapa saja yang hendak berburu tokek untuk membatalkan. Jika nekat mereka harus siap menanggung resikonya.
Hal buruk ini pernah dialami oleh juru kunci makam sendiri. Juru kunci yang harusnya bertugas menjaga makam justru berniat menangkap tokek. Dia membuat perangkap tokek dan umpannya di lokasi makam.
Sesepuh desa yang mengetahui hal itu segera mengingatkan. Sayang juru kunci itu tak menghiraukan. Tak berselang lama juru kunci itu mati tanpa sebab.
Untuk mencegah hal itu terulang, warga memasang peringatan larangan berburu tokek. Pengumuman itu ditempel di depan pintu masuk makam.
Penulis: Syailendra
Editor: HTW
Tonton video: