Bacaini.id, KEDIRI – Turki mendaku diri punya budaya kopi paling tua di dunia. Klaim itu dibarengi dengan menyodorkan Ibrik yang oleh UNESCO telah dinobatkan sebagai penyeduh kopi tertua di dunia sekaligus warisan budaya Timur Tengah.
Readers, budaya ngopi di Turki sekental kopi Turki sendiri. Pada era kejayaan Sulaiman The Magnificent (1520 – 1566), kopi mulai diperkenalkan melalui jalur perdagangan dan dalam perjalanannya tercipta kopi khas Turki atau Turkish coffee.
Menurut catatan sejarah, sekitar tahun 1540, Ozdemir Pasha, gubernur Turki yang bertempat di Yaman menemukan kopi dan oleh Ozdemir diperkenalkan kepada lidah Sulaiman. Lantas, apa saja budaya kopi yang unik di Turki? Readers, mari kita bahas.
Kopi Minuman Para Bangsawan
Pada awalnya di Yaman, kopi diolah sebagai cemilan. Namun di tangan juru masak kekaisaran, kopi diubah jadi minuman istimewa.
Minuman Turkish coffee menjadi kegemaran keluarga kerajaan dan para keluarga aristokrat kaya masa itu. Bahkan peracik Turkish coffee jadi pekerjaan yang eksklusif lantaran jasa mereka hanya bisa dipakai oleh keluarga kerajaan dan keluarga kaya.
Namun seiring berjalannya waktu, Turkish coffee makin meluas dan bisa dinikmati banyak orang dari berbagai lapisan sosial. Pada tahun 1554, muncul kedai kopi pertama yang bernama Kiva Han di Tahtakale, Istanbul.
Ibrik dan Kopi Pasir
Banyak orang menyebut kopi Turki sebagai kopi pasir lantaran cara bikinnya yang unik. Peracikan kopi Turki memakai alat seduh kopi yang disebut ibrik, yakni alat khusus mengolah bubuk kopi dan wajib digunakan untuk penyajian Turkish coffee.
Pada mulanya ibrik dirancang untuk menyeduh kopi dengan memanfaatkan panasnya pasir gurun. Begitu racikan kopi dalam ibrik diketahui telah siap, kopi dididihkan di atas pasir panas.
Bukan hanya cara pengolahannya yang unik, kopi dari ibrik juga memiliki cita rasa yang khas. Kopi ibrik beraroma harum serta kaya akan rasa rempah. Tentu hal itu dipengaruhi karakter kopi yang diseduh. Umumnya racikan memakai kopi arabika yang telah dicampur berbagai rempah.
Kopi Sebagai Ukuran Cinta
Readers, sebegitu berharganya kopi bagi orang Turki sehingga dipakai sebagai ukuran cinta dua insan yang telah berkomitmen naik pelaminan.
Di Turki, satu minggu sebelum upacara pertunangan, kopi dan Lokum (pemanis khas Turki untuk kopi berupa sepotong kecil permen bertabur gula lembut dengan tekstur bergetah) disajikan kepada para tamu.
Lokum juga dibawa ke rumah calon mempelai pria pada pagi hari sebelum acara pertunangan. Sebaliknya, ketika ada tamu mengunjungi rumah calon mempelai perempuan, yang bersangkutan wajib menyiapkan kopi untuk para tamu.
Uniknya, hasil penyajian kopi jadi ukuran untuk menilai sang mempelai perempuan. Jika kopi yang disuguhkan banyak busa, maka diindikasikan calon pengantin perempuan terampil meracik kopi.
Readers, upacara pertunangan pasangan Turki yang melibatkan kopi tak berhenti di situ. Pada acara tradisional mereka, calon mempelai perempuan akan menyajikan kopi pada calon suaminya dengan tambahan garam, bukan gula.
Apabila sang calon suami menikmatinya tanpa protes, maka hal itu dianggap tanda bahwa calon suami sangat mencintai si perempuan.
Kopi dengan segala kelindan budayanya tumbuh sebagai komoditas yang sangat penting pada era Ottoman. Saking pentingnya, seorang perempuan Turki berhak meminta cerai apabila sang suami terbukti tak mampu menyediakan kebutuhan kopi hariannya.
Wah, kopi begitu berharga di Turki ya Readers!
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif