Bacaini,ID, KEDIRI – Ratusan warga Desa Jarak, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur menggelar ritual adat yang berlangsung rutin setiap bulan Suro atau Muharram.
Warga berebut gunungan dan saling menyiram air di tengah sumber mata air Ubalan Sabtu (13/7/2024). Rebutan gunungan yang berisi hasil bumi atau pertanian berlangsung meriah.
Bagi warga mata air Ubalan merupakan simbol kehidupan. Dengan mendapatkan hasil bumi dari gunungan, warga meyakini akan mendapat keberkahan. Sementara sebelum jadi rebutan, gunungan lebih dulu dikirab yang dimulai dari balai desa.
Semua pemuka masyarakat terlibat, terutama kepala desa, tokoh agama, tokoh adat, sesepuh desa hingga para pemuda yang tergabung dalam karang taruna desa. Lugito, salah seorang warga mengaku senang bisa ikut rebutan gunungan.
Ia berhasil mendapatkan seekor ayam, wortel, kacang panjang, tomat dan sawi yang rencananya akan dimasak bersama keluarga.
“Tadi bersama warga lainnya saling berebut dua ekor ayam dan gunungan hasil bumi. Tujuannya agar mendapatkan berkah kesehatan. Alhamdulillah tadi mendapatkan seekor ayam dan aneka hasil bumi,” tutur Lugito
Kepala Desa Jarak Muhammad Toha mengatakan upacara adat ini berlangsung rutin setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Yang dilakukan warga sebagai wujud syukur atas sumber air yang berlimpah sehingga bisa mengairi sawah dan ladang.
Sumber air Ubalan diketahui juga mengairi area persawahan di sebagian besar wilayah Kecamatan Plosoklaten dan Gurah. Sedikitnya ada tujuh desa, yakni Jarak, Panjer, Ngasem, Bogem, Gabru, Wonojoyo dan Kranggan.
“Acara ini sebagai bentuk syukur kepada Tuhan, Dan juga bentuk pengharapan agar hujan segera turun, sehingga air di sumber Ubalan tidak surut,” terang Mohammad Thoha.
Di balik melimpahnya mata air Ubalan terdapat kisah asal-usul mata air yang dipercaya warga hingga kini. Kisah yang bercerita tentang sepasang kekasih bernama Gendam Smaradana dan perempuan yang diketahui istri Adipati Panjer.
Singkat cerita, Gendam Smaradana yang dianggap telah merebut istri petinggi kadipaten, diburu dan dikejar-kejar. Lantaran terdesak, Gendam Smaradana bersama istri Adipati Panjer itu kemudian menceburkan diri ke dalam sumber air dan lenyap.
Entah apa yang terjadi. Sumber air yang sebelumnya tenang, airnya tiba-tiba meluap atau dalam bahasa Jawa mubal-mubal. Dari peristiwa air yang meluap itu, mata air itu kemudian diberi nama sumber Ubalan atau sendang pengantin.
Penulis: Agung K Jatmiko
Editor: Solichan Arif