KEDIRI – Fenomena kemunculan diduga buaya putih di Sungai Brantas menyita perhatian masyarakat. Ada yang mengkaitkan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila di mana sungai Brantas menjadi tempat pembuangan mayat manusia.
Budayawan Kota Kediri Imam Mubarok mengatakan jika benar ada yang menemui buaya putih disekitar Sungai Brantas biasanya memang membawa pesan dan harus ditafsiri.
“Mereka membawa pesan sebenarnya, bahwa ada sisi kehati-hatian. Buaya ini termasuk hewan yang setia, dan biasanya buaya di Brantas bisa berumur 100 hingga 200 tahunan. Mereka memberikan pesan biasanya ada suatu hal yang harus dipertimbangkan, karena apapun di sungai Brantas ini memiliki fakta sejarah yang luar biasa,” katanya kepada Bacaini.id, Kamis 1 Oktober 2020.
baca ini Heboh Penampakan Buaya di Sungai Brantas BPBD Lakukan Penyisiran
Laki-laki yang akrab disapa Gus Barok itu juga menilai kemunculan buaya putih pada tanggal 30 September malam hari itu sebagai pengingat sejarah tragedi Gerakan 30 September tahun 65, serta Hari Kesaktian Pancasila.
Menurut Gus Barok, buaya putih ini merupakan makhluk yang dipercaya ghaib oleh masyarakat Kediri. Ketika dia muncul pada malam 30 September, Kamis Kliwon, mengingatkan terjadinya peristiwa yang menjadi fakta sejarah di tempat itu. Di mana tahun itu Sungai Brantas penuh dengan mayat korban G30S PKI.
Selain itu ia juga menyebut kemunginan kemunculan buaya putih merupakan peringatan di tahun politik agar calon-calon pemimpin menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana.
baca ini Ada 5 Ekor Buaya Yang Berkeliaran di Sungai Brantas
“Kalau tahun politik sama, sisi keselamatan menjadi hal yang sangat penting. Banyak pejabat yang tidak berani melewati jembatan, pesan yang disampaikan pemimpin harus adil, jangan sampai kutukan Kartikiyasinga, Raja Kalingga selatan terjadi,” katanya.
Sejarah Buaya Muara di Sungai Brantas
Fenomena kemunculan Buaya putih di Sungai Brantas menurut Gus Barok telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Fenomena tersebut juga diabadikan di salah satu buku Belanda yang menceritakan pembangunan jembatan lama Bandar atau Brug Over den Brantas te.
“Fenomena kemunculan buaya putih di Sungai Brantas ini sudah sejak lama. Orang-orang zaman dulu itu sudah biasa menemui. Catatan Belanda juga banyak, termasuk saat pertama kali pembangunan Jembatan Brug Over den Brantas te Kediri tahun 1855,” katanya.
Menurut Gus Barok, ada tiga titik kemunculan buaya putih yang dimaksu. Antara lain di Desa Seketi, Kecamatan Kras, pusaran sungai dekat Klenteng Tjoe Hwie Kiong, serta di pusaran jembatan lama. (MU)