Bacaini.id, KEDIRI – Pengemudi ojek online bernama Anggit Setiawan, 35, menemukan dompet berisi uang dengan nilai lebih dari Rp5 juta di jalan. Sempat bimbang, driver ojol itu memutuskan untuk mengembalikannya kepada si pemilik.
Sikap jujur pengemudi ojek online asal Desa Wonojoyo, Gurah itu membuatnya bernasib mujur. Dia diundang Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana di Kantor Pemerintah Kabupaten Kediri, Senin, 17 Juli 2023.
Atas kejujurannya, Anggit menerima apresiasi dari Mas Dhito. Tidak hanya ucapan terima kasih, bapak dua anak itu pun mendapatkan bantuan yang menjadi kebutuhannya. Saat bertemu Bupati Kediri, dia juga menceritakan kejadian yang dialaminya.
Cerita inspirasi pengemudi ojek online ini bermula pada Jumat, 14 Juli 2023 lalu. Saat itu sekitar pukul 15.00 WIB, seperti biasa, Anggit berkeliling sambil mencari orderan.
“Waktu melintas Jalan Kilisuci, di dekat pot depan warung makan saya lihat dompet, kebetulan tidak ada orang, tidak ada juga kendaraan parkir,” cerita Anggit kepada Mas Dhito.
Dompet itu kemudian diambil. Untuk memastikan pemiliknya, Anggit membuka dompet itu. Diketahui pemilik dompet merupakan warga Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri. Seketika dia terpikir untuk mengembalikannya, namun urung.
Tak dipungkiri, melihat nominal uang yang ada di dalam dompet, sempat terbesit untuk menyimpannya saja. Apalagi pendapatannya sebagai driver ojol juga tak menentu, sedangkan tiap bulan masih harus membayar angsuran pinjaman bank.
“Mau saya kembalikan saat itu juga tapi saya bingung, kira-kira orangnya ada di rumah atau tidak. Saya juga berfikir kasihan, kalau seandainya uang ini mau dibuat biaya ke rumah sakit, atau menyekolahkan anak, kalau saya ambil jahat banget,” bebernya.
Ditengah kegalauannya, Anggit memilih melanjutkan perjalanan untuk menemui istrinya yang bekerja di warung makan sekitar Simpang Lima Gumul. Dia pun menceritakan semuanya kepada sang istri.
Fitriya Rahayu, istri Anggit saat itu menyarankan kepada suaminya untuk mengembalikan uang itu. Masukan dari sang istri pun semakin memantapkan niat baik Anggit. Di rumah, sekitar pukul 20.00 WIB Anggit mengisi baterai ponselnya sambil mendengarkan radio.
Secara kebetulan tersiar berita kehilangan dompet sekaligus disebutkan ciri-cirinya. Mendengar berita itu, Anggit lantas menghubungi pihak radio. Setelah dikonfirmasi, malam itu juga dia datang ke kantor radio untuk menyerahkan dompet kepada pemiliknya.
Mendengar cerita itu, Mas Dhito seketika langsung memuji kejujuran Anggit. Dia merasa bangga dengan sikap salah seorang warganya yang tidak mau mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
“Kalau sampeyan punya uang segitu untuk apa mas?,” tanya Mas Dhito.
“Saya pingin lunasi hutang,” jawab Anggit, disusul cerita mengenai kondisi rumah yang kini menjadi tempat tinggal dia bersama istri dan kedua anaknya.
Rumah tinggalnya cukup sederhana, bahkan tanah yang ditempati merupakan pemberian saudaranya. Untuk membangun rumah, Anggit meminjam uang dari bank. Setidaknya sudah satu tahun dia menyisihkan penghasilannya mengojek untuk membayar angsuran setiap bulannya.
“Kalau saya pingin bantu kira-kira apa mas?” kembali Mas Dhito bertanya.
Anggit tak langsung menjawab. Setelah berfikir sesaat, dia meminta izin kepada Mas Dhito untuk diberikan pekerjaan. “Kalau bisa pekerjaan pak,” jawabnya.
Mendengar jawaban itu, Mas Dhito merasa senang. Dia lantas mengaku akan mencarikan pekerjaan yang diharapkan bisa memberi penghasilan tetap dan mengangkat kesejahteraan keluarga dari warganya tersebut.
Menurut Mas Dhito, dalam setiap pekerjaan kejujuran dan loyalitas itu sesuatu yang utama. Selain pekerjaan, bupati muda itu mengaku akan membantu membangunkan rumah Anggit supaya dapat lebih layak.
Lebih dari itu, dengan uang pribadinya, Mas Dhito juga akan membayarkan sisa angsuran hutang Anggit ke bank. Bagi Mas Dhito, orang yang berani jujur dan berani mengatakan tidak yang bukan haknya itu harus diapresiasi.
Dia berpesan kepada Anggit, ketika nanti telah mendapatkan pekerjaan supaya memberinya kabar. Kepada kedua anak dan istri Anggit, Mas Dhito pun menyampaikan bahwa mereka harus bangga memiliki sosok suami dan bapak yang jujur.
“Mas tidak usah terima kasih pada saya, karena jenengan mengembalikan uang itu, Alloh menggunakan tangan saya bantu jenengan. Terimakasihnya kepada Gusti Alloh. Saya hanya perantara saja,” ucap Mas Dhito.
Dari kisah Anggit, Mas Dhito mengajak siapapun, terkhusus bagi warga Kabupaten Kediri, supaya budaya kejujuran tetap terjaga dalam kehidupan sehari-hari.(ADV)