Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Petani hortikultura di Tulungagung mengeluhkan musim kemarau basah yang bisa membuat mereka gagal panen. Meski bisa ditanggulangi, mereka harus rela mengeluarkan ongkos yang lebih banyak untuk merawat tanaman hortikultura.
Seorang petani hortikultura di Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu, Joko Prasetyo mengungkapkan, selama beberapa bulan terakhir petani hortikultura dibuat pusing karena masih terjadi hujan. Padahal jika melihat waktunya, seharunya sudah memasuki musim kemarau. Hal inilah yang dapat mengganggu proses tanam hortikultura.
“Beberapa bulan ini kami memang agak pusing untuk merawat tanaman agar tidak rusak ataupun mati akibat masih sering turun hujan. Tanaman hortikultura tidak bisa bertahan kalau mendapatkan air secara berlebih,” keluh Joko kepada Bacaini.id, Rabu, 20 Juli 2022.
Joko menjelaskan, agar dapat mempertahankan tanaman hortikultura, dia harus membuat lahan tanamannya lebih tinggi, dengan harapan tanaman tidak tergenang oleh ari ketika hujan turun. Selain itu, petani juga harus mengeluarkan ongkos lebih untuk membeli obat-obatan dan pupuk yang lebih banyak.
“Biasanya pada saat musim tanam kemarau, tidak perlu memberikan pupuk dan obat-obatan ekstra. Kalau pada cuaca seperti ini tanaman tidak diperhatikan dengan benar, tanaman bisa stress bahkan mati,” jelasnya.
Terpisah, Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Gatot Rahayu mengungkapkan, memang seharusnya musim hujan berakhir pada bulan April. Namun hingga kini ternyata juga masih terjadi hujan atau bisa dikatakan sebagai kemarau basah yang sangat mengganggu tanaman hortikultura.
“Tanaman seperti semangka, melon, bawang merah, bawah putih, serta cabai, tidak dapat bertahan dengan musim kemarau basah. Sehingga potensi gagal panen itu besar,” ungkap Gatot.
Gatot menyebutkan beberapa hal yang bisa dilakukan oleh petani untuk mencegah tanaman hortikultura rusak. Diantaranya dengan menyedot air yang membanjiri lahan, melakukan normalisasi saluran irigasi, atau memilih untuk menunda waktu tanam.
“Ketika banyak petani hortikultura yang menunda masa tanam, dampaknya jelas pada harga kebutuhan pokok di pasaran. Makanya harga cabai dan bawang sekarang ini mahal,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira