Menjadi teman kencan minum dan karaoke cukup menggiurkan bagi para kucing. Dalam semalam mereka bisa menghasilkan uang yang sangat besar. Saat bekerja di Bali, Boy mengaku bisa mengumpulkan uang Rp 30 juta dalam sebulan.
Selain tarif normal, pendapatan Boy terbesar dari saweran para tamu. Sekali kencan, Boy bisa menerima saweran sebesar Rp 1 – 2 juta. Nilai itupun masih dianggap kurang oleh Boy karena bekerja melalui muncikari yang disebutnya mami. “Saya akhirnya memilih keluar tak ikut mami dan bekerja sendiri, duitnya lebih banyak. Sebab faktanya mami hanya duduk-duduk saja, tidak ikut melobi tamu,” kata Boy.
Boy pun hijrah ke Surabaya dan mengawali solo karir. Pergaulannya yang luas di antara kucing membuatnya mudah mencari pekerjaan di Surabaya. Dalam waktu singkat Boy sudah mendapat banyak pelanggan dan menjadi mesin uang dengan menjadi teman minum.
Selain mudah bergaul dan penampilannya yang brondong abis, Boy juga memiliki kelebihan dibanding kucing lain. Boy tak hanya menerima tawaran tamu wanita, tetapi juga laki-laki. Dia juga tak keberatan tubuhnya dijamah om-om yang punya ketertarikan pada lelaki. Boy juga tak malu saat menjelaskan orientasi seksualnya yang menyukai pria dan wanita sekaligus. “Kalau kucing mikirnya uang, uang, dan uang. Nggak mikir soal lainnya,” katanya enteng.
Kelebihan lain yang dimiliki Boy di antara kucing lainnya adalah rapat menyimpan rahasia. Dia tak pernah membuka komunikasi dengan tamunya lebih dulu dalam kondisi apapun. Meski menyimpan kontak mereka, Boy baru merespon jika ada yang menghubunginya. “Kita kan tidak tahu mereka sedang bersama keluarga atau tidak,” katanya.
baca ini Mengenal Profesi Kucing Brondong Pemandu Karaoke
Sikap itu membuat tamunya senang. Bahkan tak jarang dari mereka yang mencoba merayu Boy untuk menjalin hubungan istimewa. Namun ajakan itu tak pernah dikabulkan Boy dan ditolak dengan halus. Soal menjaga rahasia tamunya, Boy cukup profesional.
Selama bekerja di Surabaya, Boy berhasil mengumpulkan banyak uang. Keberadaan klub dan tempat karaoke menengah atas di Surabaya menjadi ladang uangnya setiap malam. Hingga akhirnya Boy bisa menjadi tulang punggung keluarganya di Nganjuk.
Selain mengirimkan jatah bulanan, Boy juga bisa melunasi hutang kedua orang tuanya dan membeli sawah, sapi, hingga merenovasi rumahnya di desa. Selain itu, Boy juga berkongsi dengan kakaknya yang tinggal di Surabaya untuk membuka usaha laundry pakaian. Boy memodali usaha itu, dan kakaknya menjadi operator.
Kekayaan Boy yang melonjak dengan pesat lambat laun mengundang pertanyaan kedua orang tuanya. Mereka mulai menanyakan pekerjaan Boy yang selalu dijawab dengan samar.
Hingga suatu ketika kakaknya benar-benar mencurigai perilaku Boy. “Akhirnya saya mengaku kalau menjadi kucing. Saya langsung ditampar sampai berdarah,” katanya.
Peristiwa itu membuatnya meninggalkan Surabaya dan kembali ke Bali. Hingga membuatnya putus komunikasi dengan keluarga untuk beberapa lama.
Sampai suatu ketika keluarganya menemukan kontaknya dan memberitahukan jika ayahnya di Nganjuk sakit keras. Mereka membutuhkan biaya untuk operasi ayahnya yang cukup besar. Kesempatan itu dipergunakan Boy untuk berkontribusi dan kembali pada keluarganya. Mereka akhirnya bisa menerima profesi Boy sebagai kucing.
“Meski bekerja seperti ini, saya bisa mengangkat derajat dan kehormatan keluarga di kampung. Mereka tidak malu dan bisa menerima pekerjaan saya,” katanya.
baca selanjutnya Memilih Jadi Simpanan Daripada Seks Kilat
Penulis: HTW