Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Perayaan Imlek di Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulunggung tampaknya kembali tidak seramai pada dua tahun sebelumnya. Meskipun kini Tulungagung sudah masuk PPKM Level 1, pihak kelenteng memilih untuk meniadakan Cap Go Meh, puncak perayaan tahun baru Imlek.
Bio Ma Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung, Jing Jing atau Rini Setiawan menjelaskan, peniadaan Cap Go Meh sebagai kegiatan puncak perayaan Imlek tahun 2022 bertujuan untuk mencegah penyebaran Covid 19. Namun untuk masyarakat Tionghoa yang ingin melaksanakan doa masih diperbolehkan.
“Jadi untuk masyarakat Tionghoa yang ingin berdoa tetap kita persilahkan namun dilakukan secara bergantian agar tidak ada kerumunan,” kata Rini kepada Bacaini.id, Selasa, 1 Februari 2022.
Ditambahkannya, selain tidak ada Cap Go Meh, atraksi barongsai yang identik sebagai kegiatan khas pada setiap perayaan Imlek juga ditiadakan.
Menurut Rini, semenjak adanya pandemi Covid 19 pada 2020 lalu hingga saat ini, perayaan Imlek di Kelenteng Tjoe Tik Kiong hanya menyelenggarakan kegiatan internal saja. Diantaranya seperti mencuci patung dewa, ritual ayak abu dan perayaan malam jelang Imlek.
“Jadi perayaan Imlek pada tahun ini masih sama dengan tahun kemarin,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rini mengungkapkan bahwa Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung merupakan salah satu kelenteng tertua di Jawa Timur. Usia kelenteng yang berdiri di atas lahan seluas 6000 meter persegi ini sudah mencapai 156 tahun.
“Saya kurang mengetahui secara pasti kapan awal didirikanya kelenteng ini. Tapi kalau pemindahan dari tempat sebelumnya yang berada di Pasar Wage ke tempat yang sekarang, itu pada tahun 1866,” terangnya.
Berdirinya Kelenteng Tjoe Tik Kiong tidak lepas dari proses migrasi masyarakat etnis Tionghoa ke Tulungagung. Untuk berdagang serta beribadah, maka didirikanlah Kelenteng Tjoe Tik Kiong ini.
“Kelenteng ini menghadap ke arah sungai, dimana sungai menjadi simbol kemakmuran,” imbuhnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira