Bacaini.ID, KEDIRI – Jatim Beads atau manik-manik Jatim merupakan kerajinan tangan kuno asal Jawa Timur yang sudah lama menguasai jalur perdagangan dunia. Sudah lebih dari 1500 tahun silam.
Disebut permata kaca, Jatim Beads diproduksi oleh masyarakat lokal. Di dunia perdagangan berstatus sebagai barang mewah, bukan sekedar aksesoris. Menjadi bukti kehebatan leluhur dalam karya seni dan perdagangan internasional.
Baca Juga:
- Sejarah Jamu Jawa, Terpahat pada Relief Candi, Prasasti Hingga Karya Sastra
- Arkeolog Soroti Potensi Cagar Budaya di Badean, Jalur Tenggara Menuju Puncak Argopuro
- Bendungan Mitigasi Bencana Sudah Ada di Zaman Airlangga
Manik-manik telah diproduksi sejak kerajaan-kerajaan awal Nusantara, sebelum masa Sriwijaya dan Majapahit. Antara abad ke-5 hingga ke-9 Masehi (sekitar 400-900 M), manik-manik menjadi komoditas ekspor yang dicari di Asia, Afrika, bahkan Eropa.
Menurut penelitian arkeologi, produksi mereka mencapai puncak pada milenium pertama, saat jalur perdagangan maritim Silk Road sedang ramai. Barang-barang ‘Made in Java’ sudah go international sejak dulu.
Asal-Usul Manik-manik Jatim
Manik-manik Jatim atau yang dikenal sebagai ‘Jatim beads’ bagi kalangan arkeolog internasional, berasal dari Jawa Timur.
Nama ‘Jatim’ sendiri merupakan singkatan dari ‘Jawa Timur’, tempat manik-manik ini paling sering ditemukan dan diyakini diproduksi.
Berdasarkan analisis arkeologi, produksi dimulai sekitar akhir abad ke-4 M dan berlanjut hingga abad ke-7 atau ke-10 M.
Ini bertepatan dengan periode Hindu-Buddha awal di Nusantara, ketika kerajaan-kerajaan seperti Tarumanagara atau Kalingga mulai berkembang.
Yang bikin manik-manik Jatim istimewa adalah bahan manik-manik yang terbuat dari kaca polikrom, berwarna-warni, dengan motif rumit, yang diyakini merupakan pengaruh dari berbagai belahan dunia.
Misalnya, teknik millefiori, pola bunga seribu, mirip dengan yang digunakan di Romawi kuno dengan campuran gaya lokal Jawa.
Arkeolog Caitlin Green dalam studi yang diterbitkan di websitenya menyebutkan bahwa manik-manik ini bagian dari kelompok ‘Indo-Pacific beads’, yang awalnya dari India Selatan dan Sri Lanka.
Namun varian Jatim memiliki ciri unik: campuran kaca dari Bizantium (Romawi Timur) dan Persia Sasanian.
Data dari situs arkeologi seperti Jatiagung di Jember, menunjukkan bukti produksi lokal. Di sana, ditemukan pecahan kaca yang meleleh dan manik-manik yang gagal dibuat, menandakan adanya pusat kerajinan.
Penelitian dari Universitas Hawaii juga mengonfirmasi bahwa manik-manik Jatim dibuat menggunakan limbah kaca impor sebagai inti, lalu dilapisi dengan pola mosaik.
Produksi manik-manik ini mencerminkan kemajuan teknologi Nusantara saat itu. Pada abad ke-5 M, Jawa sudah mampu mengolah kaca dengan suhu tinggi, menggunakan aditif seperti timah (tin) untuk opasitas. Dan ini bukan kebetulan, tapi bukti interaksi budaya melalui medium perdagangan.
Teknik Pembuatan yang Canggih di Zamannya
Proses pembuatan manik-manik Jatim cukup rumit. Pertama, kaca mentah dilelehkan dan dibentuk menjadi tabung atau cane, batang kaca.
Kemudian, cane dipotong-potong dan disusun menjadi pola mosaik. Ada dua tipe utama:
• Tipe I: Mosaic Eye Beads – Irisan cane mosaik rumit ditempel pada inti kaca limbah. Pola mata (eye motifs) dibuat dengan lapisan berwarna yang saling tumpuk, menciptakan efek 3D.
• Tipe II: Combed atau Spotted Beads – Termasuk pola gelombang disisir (combed wave), bintik putih pada dasar hijau-biru, atau garis diagonal.
Manik-manik ini sering punya tonjolan di tengah atau alur di lubangnya.
Teknik yang digunakan unik: manik-manik dibentuk di atas tongkat atau cetakan, lalu dipanaskan hingga meleleh menyatu.
Menurut analisis kimia, kaca dasar mengandung alumina tinggi yang diduga dari pasir lokal, ditambah soda rendah, dengan pengaruh dari kaca Sasanian yang impor.
Di situs seperti Muara Jambi, Sumatra, ditemukan limbah kaca meleleh, menunjukkan produksi skala besar.
Dibandingkan manik-manik Indo-Pacific biasa yang lebih kecil dan monokrom, manik-manik Jatim lebih besar dan berwarna cerah.
Ini yang membuat manik-manik Jatim menjadi item mewah. Pada abad ke-6 M, pengrajin Jawa sudah menguasai teknik yang setara dengan Romawi, pencapaian yang membuat Nusantara jadi pusat inovasi.
Motif dan Jenis yang Memukau
Salah satu daya tarik manik-manik Jatim adalah motifnya yang artistik. Beberapa yang populer:
• Rainbow Stripes: Garis-garis pelangi yang disisir, menciptakan pola zebra atau spiral.
• Millefiori: Potongan cane mosaik seperti bunga, sering dengan warna kuning, merah, hijau.
• Eye Motifs: Mata yang mencolok, simbol perlindungan spiritual di budaya Hindu-Buddha.
• Pelangi/Zebra: Garis bergelombang dua atau empat warna, seperti pelangi atau corak zebra.
Motif-motif ini bukan asal-asalan. Para pengrajin Jawa mencampur seni lokal dengan pengaruh asing. Misalnya, eye beads mirip dengan yang ada di Mesir Kuno, namun dengan pengaruh khas Jawa.
Di Borneo, manik-manik serupa yang disebut lukut sak badak, dihargai tinggi oleh suku Dayak sebagai pusaka.
Data dari penelitian menunjukkan variasi ini tersebar luas, dengan ribuan manik-manik ditemukan di satu situs saja.
Penyebaran Melalui Jalur Perdagangan Maritim
Jalur Sutra Maritim (Maritime Silk Road) menjadi satu-satunya alasan manik-manik Jatim menjelajah ke berbagai benua.
Mulai dari abad ke-5 M, manik-manik Jatim diekspor melalui pelabuhan seperti di Jawa dan Sumatra, menuju India, Timur Tengah, Afrika, hingga Asia Timur.
Penemuan arkeologi membuktikannya:
• Di Jepang dan Korea, ribuan manik-manik di makam Kofun (Jepang) dan Silla (Korea) abad ke-5 sampai 7 M.
• Di Yongningsi Temple, China, ditemukan lebih dari 150.000 Indo-Pacific beads, termasuk varian Jatim.
• Di Mesir ditemukan satu manik-manik Jatim di pelabuhan Berenike yang eksis di abad ke-6 M, bersama manik-manik Indo-Pacific yang mendominasi 51% temuan.
• Di Afrika: Zanzibar, Tanzania, dan kerajaan Garamantian di Sahara Libya, abad ke-6-7 M juga ditemukan manik-manik Jatim.
• Di Eropa: 44 situs dari Spanyol hingga Serbia, dan satu kuburan di Prancis (Saint-Laurent-des-Hommes) berisi 3.037 manik-manik, digunakan untuk kalung atau sulaman tekstil.
• Di Asia Selatan, situs seperti Arikamedu (India) dan Mantai (Sri Lanka), menunjukkan rute transpeninsular dimana ratusan manik-manik Jatim ditemukan.
Dari data arkeologi tersebut membuktikan bahwa manik-manik Jatim diperdagangkan bersama rempah-rempah seperti cengkeh dari Maluku, kayu manis dari Sri Lanka, dan gading dari Afrika.
Jumlah tepat berapa manik-manik Jatim yang diekspor sulit untuk dipastikan, namun dari data yang ada ribuan manik-manik Jatim tersebar di lebih dari 100 situs global.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif





