Bacaini.id, MOJOKERTO – Jalur Cangar merupakan jalur alternatif yang menghubungkan Kabupaten Mojokerto dan Malang. Jalur ini masuk kawasan Hutan Rakyat Raden Soerja yang diapit Gunung Welirang dan Gunung Anjasmoro.
Sayang, di balik keindahan alamnya yang eksotis, jalur Cangar menyimpan misteri yang sangat menyeramkan. Kelebatan hutannya yang rimbun membuat siapapun berpikir dua kali untuk melintas di malam hari. Di luar, jalur ini memiliki tikungan dan tanjakan yang curam dan licin.
“Setelah masuk Isya’ jam 19.00 WIB sudah jarang yang lewat sini. Kalaupun ada hanya satu dua pemotor,” kata Achmad Faizin, warga Kecamatan Mojosari kepada Bacaini.id, Kamis, 9 Maret 2023.
Banyaknya kisah mistis dan horor membuat pengendara enggan melintasi jalur ini di malam hari. Masih menurut Faizin, kawasan ini dulu sempat menjadi lokasi ‘favorit’ pembuangan mayat. Sebagian adalah korban pembunuhan yang dibuang di jalur Pacet-Cangar. Pelaku kejahatan memilih lokasi ini karena rimbunnya tanaman yang ada.
”Melihat medannya yang terjal dengan jurang di kanan dan kiri dianggap cocok untuk membuang mayat,” jelas Gus Faiz, sapaan Achmad Faizin.
Tak heran jika lokasi itu menjadi wingit atau angker. Lokasi yang disebut-sebut paling angker adalah Gapura Tahura R Soerja di Dusun Sendi, Desa Pacet Selatan, Kecamatan Pacet. Gapura ini dikelilingi sejumlah goa peninggalan zaman Jepang yang jarang disentuh manusia.
Dari kacamata supranatural, gapura itu dijaga dua sosok makhluk astral berbentuk ular seukuran pohon kelapa. Satunya perempuan cantik yang juga tak kasat mata. ”Mereka ada di sekitar hutan dan sering menyeberang jalan. Makanya banyak pengendara yang membunyikan klakson,” jelas Gus Faiz.
Beberapa kasus pembunuhan yang terjadi di sana kerap membawa dampak bagi warga sekitar. Mereka sering diganggu oleh makhluk halus sesaat setelah penemuan mayat.
”Pernah ada yang mengetuk pintu dan memanggil di pintu warung. Namun saat dilihat tidak ada orang sama sekali,” terang Gus Faiz.
Selain itu, fenomena yang tak kalah seram adalah munculnya jalan ghaib yang menjebak pengendara. Tak jarang mereka melihat jalan yang tiba-tiba bercabang. Jika sudah demikian, pengendara memilih berhenti sebentar sampai jalan itu kembali normal.
Kesaksian serupa disampaikan Yanto Tholib, warga Desa Pacet, Kecamatan Pacet. Menurutnya tak jauh dari gapura, tepatnya di sisi Selatan terdapat kawasan tak kalah wingit bernama Alas Kutukan.
Secara teknis rute menuju ke sana berbentuk cekung dan menikung. Ruas jalannya juga cukup sempit dan tak bisa dipergunakan untuk dua lajur mobil. Di tepi sisi Utara jalan itulah terdapat sebuah batu yang menjadi tempat sesaji dan membakar dupa. “Para pengemudi masih sering melempar koin saat melintas di sana,” ungkap Yanto.
Penulis: Fio
Editor: Hari Tri Wasono
Tonton video: