Bacaini.id, KEDIRI – Berminat plesir ke luar negeri? Sebelum berangkat ada baiknya Readers mempelajari etika atau tata krama yang berlaku di negara tujuan ya.
Karena setiap bangsa memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda dan terkadang tak dimengerti oleh bangsa lain.
Menurut pendapat antropolog Franz Boas dan Ruth Benedict, perbedaan tradisi dan kebiasaan muncul dari koherensi budaya, termasuk aturan perilaku, bahasa, kreasi dan gagasan tentang dunia sesuai dengan kebutuhan dan bisa dimengerti masing-masing bangsanya.
Seperti kata pepatah, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Menghormati budaya setempat akan memberi kesan positif pada tuan rumah sekaligus belajar menghargai perbedaannya.
Berikut beberapa negara dan etikanya yang perlu Readers ketahui:
Rusia
Saat melancong ke negeri beruang merah, Rusia, Readers tidak diperkenankan menolak suguhan perjamuan. Tuan rumah ingin setiap tamu yang datang menikmati semua makanan yang tersaji di meja tanpa sisa hingga kenyang.
Keinginan itu sebagai bentuk penghormatan tuan rumah kepada tamu. Bagaimana jika ditolak? Ya Readers akan dianggap melakukan penghinaan.
Hal lain yang perlu Readers ketahui jika bertandang ke Rusia adalah adanya denda bagi mobil yang dikendarai dalam keadaan kotor. Itulah alasannya kenapa Readers tidak akan pernah menjumpai mobil kotor berkeliaran di jalanan ibu kota.
Jangan sekali-kali mengendarai mobil dalam kondisi kotor di jalanan Moskow. Biarpun kita tidak tahu seperti apa definisi kotor menurut pemerintah setempat, tetapi siapa saja yang melanggar aturan ini akan didenda US$100.
Satu lagi etika yang perlu Readers tahu di Rusia, jika di Indonesia kita terbiasa beramah tamah, tersenyum kepada semua orang, jangan pernah melakukan hal itu ketika berada di Rusia. Karena senyum tanpa alasan yang jelas akan dianggap seperti orang bodoh.
Orang Rusia hanya berbagi senyum kepada orang yang mereka kenal. Mereka tidak tersenyum kepada orang asing.
Jepang
Jepang terkenal sebagai negara yang penuh etika, disiplin dan tentu saja maju. Berkunjung ke negara ini kita harus bisa mengikuti kebiasaan masyarakat yang ada jika tak ingin malu atau kena denda pemerintah setempat.
Beberapa aturan di Jepang ini bisa Readers simak sebagai bekal sebelum berangkat plesiran ke sana.
Jepang memang tidak melarang tato. Namun Readers dilarang mempertontonkan tato di tempat umum. Larangan yang diberlakukan negara itu bertujuan mengurangi stigma negatif masyarakat terhadap Yakuza dan kelompok kriminal.
Jika berani mempertontonkan tato di tubuh kita, Readers bisa saja menjadi sasaran dari kelompok kriminal lantaran dianggap musuh mereka.
Jadi, hati-hati dalam berpakaian kalau sedang berada di Jepang. Usahakan menutup tato jika Readers memilikinya.
Hal lain yang perlu diketahui adalah jangan memberi tip pada layanan yang udah Readers dapatkan. Bayar saja sesuai bill-nya.
Di Jepang, Readers harus membatasi diri tidak makan dan minum di tempat umum. Apalagi sambil berjalan. Karena hal ini dianggap tidak sopan. Kalaupun makan atau minum di tempat umum, sebaiknya dilakukan di samping mesin penjual otomatis (vending machine).
Kalau di Indonesia ngobrol seru sambil jalan atau via ponsel sebagai hal biasa, maka di Jepang sebaiknya dihindari. Kalaupun terpaksa harus berbicara sambil jangan, jangan keras-keras ya Readers.
Italia
Negara Mediterania ini kaya akan situs sejarah. Berkunjung ke Italia menjadi impian banyak orang. Yang perlu Readers perhatikan jika melancong ke Italia adalah memperhatikan busana yang Readers pakai.
Italia sangat menjunjung tinggi etika dalam berbusana. Pastikan untuk memakai pakaian yang sopan. Memakai baju sobek-sobek di Italia adalah larangan tidak tertulis.
Berbusana sopan wajib hukumnya jika berkunjung ke gereja atau situs-situs sejarah. Hindari memakai baju tanpa lengan atau bawahan di atas lutut.
Sandal jepit hanya dipakai jika berada di pantai ya Readers. Untuk lainnya, pakai sepatu atau sepatu sandal. Berkeliaran dengan sandal jepit bagi masyatakat Italia sebagai pemandangan yang sangat aneh.
Oh ya, di Italia orang yang mengundang atau mengajak makan di restoran adalah orang yang membayar. Yang Readers perlu ingat, orang yang membayar makanan harus menjadi yang pertama. Yang pertama duduk, yang pertama makan bahkan mereka yang pertama berdiri dari kursi ketika acara perjamuan rampung. Ini salah satu bentuk etika yang dipegang oleh orang Italia.
Bagaimana Readers, sudah siap melancong ke mana?.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif