Bacaini.ID, KEDIRI – Para ilmuwan mengeluarkan peringatan setelah menemukan kandungan fiberglass yang sangat tinggi di dalam tiram dan kerang.
Ini adalah pertama kalinya pecahan kaca kecil itu teridentifikasi dalam rantai makanan laut, sehingga meningkatkan kekhawatiran terhadap keselamatan manusia dan lingkungan.
Fiberglass adalah bahan plastik bertulang yang tertanam dengan serat kaca yang sangat halus. Fiberglass ringan dan tahan lama, karena itu sering digunakan dalam pembuatan perahu.
Seiring berjalannya waktu, para ilmuwan menunjukkan material fiberglass dapat terurai air laut dan mencemari garis pantai.
Spesies kerang seperti tiram dan kerang sangat rentan terhadap partikel-partikel ini lantaran gaya makan mereka yang seperti filter (filter feeding) untuk mendapatkan nutrisi.
Hewan ini mengambil air dari lingkungannya dan menyebarkannya melalui insang, yang secara efektif menyaring partikel makanan. Namun, jika airnya terkontaminasi, partikel beracun, hal itu mudah terserap ke dalam tubuh mereka dan menumpuk di jaringan.
Melalui gaya makan filter feeding yang menyerap semua di sekitar mereka dan menyaring dalam tubuh, kerang menelan sejumlah besar partikel yang mereka sangka sebagai makanan.
Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan Journal of Hazardous Materials, para peneliti dari Universitas Portsmouth dan Brighton di Inggris menganalisis tiram dan remis yang dikumpulkan dari depan galangan kapal aktif.
Penelitian untuk menentukan apakah jaringan lunaknya telah disusupi oleh serat kaca. Sampel dikumpulkan dari Pelabuhan Chichester di pantai selatan Inggris.
Tim menemukan sebanyak 11.220 partikel kaca per kilogram pada tiram dan 2.740 partikel per kilogram pada kerang. Temuan ini menunjukkan tingkat kontaminasi plastik yang diperkuat kaca pada kehidupan laut.
Akumulasi partikel kaca terutama terlihat selama bulan-bulan musim dingin, yang oleh para peneliti dikaitkan dengan puncak aktivitas pemeliharaan kapal pada waktu yang sama.
Melalui pekerjaan perbaikan kapal, pelepasan serat kaca ke lingkungan lebih mungkin terjadi. Kapal nelayan yang terbengkalai juga dapat menyebabkan peningkatan polusi fiberglass.
Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa partikel fiberglass teridentifikasi pada organisme lain seperti lamun (tumbuhan air dangkal), potongan rumput laut, siput kecil dan lainnya.
Partikel-partikel itu cenderung berperilaku seperti tombak, lantaran arus dan gelombangnya, mereka dapat menusuk organisme yang ada di kolom air. Penelitian ini adalah yang pertama mendokumentasikan kontaminasi luas pada populasi alami kerang.
Para peneliti mengingatkan bahaya yang tersembunyi di lingkungan biota laut dan menekankan bahwa masih banyak penelitian yang perlu dilakukan untuk memahami sejauh mana kontaminasi ini, dan potensi konsekuensinya.
Mereka berpendapat bahwa hal itu mungkin memengaruhi kemampuan hewan untuk mencerna makanan mereka, dan berpotensi meningkatkan peradangan dan mengurangi kapasitas reproduksi.
Partikel-partikel fiberglas dapat memberikan dampak yang kuat karena mereka bertindak seperti serpihan.
Ketika partikel memasuki daging lunak, organisme tidak mampu mengeluarkannya dan mereka akan mengalami proses peradangan yang berpotensi menyebabkan patologi lain dan bahkan kematian.
Temuan ini tidak hanya meningkatkan kekhawatiran terhadap kesehatan hewan dan ekosistem di sekitarnya, namun juga mempunyai implikasi penting bagi kesehatan manusia, khususnya kesehatan manusia yang mengonsumsi kerang yang terkontaminasi.
Menurut para peneliti, plastik yang mengandung kaca sebelumnya telah dibandingkan dengan asbes. Asbes dapat menyebabkan berbagai gangguan paru-paru serta meningkatkan risiko kanker tertentu.
Jelas diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan apakah partikel fiberglass ini juga menimbulkan ancaman kepada manusia. Semoga informasi ini bermanfaat ya Readers.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif