Bacaini.id, KEDIRI – Peringatan Hari Pahlawan lekat dengan pertempuran arek-arek Surabaya dalam mengusir penjajah. Perlawanan sengit yang dikenal sebagai pertempuran 10 November itu melibatkan rakyat luas, termasuk pesantren.
Salah satu kisah heroik yang sulit diterima akal sehat adalah saat Kyai Abbas Djamil, pengasuh Pondok Pesantren Buntet, Cirebon yang menunjukkan kesaktiannya dalam pertempuran itu. Untuk mengimbangi kekuatan tentara Belanda yang menguasai Surabaya, Kyai Abbas mengerahkan puluhan prajurit bersenjata.
“Prajurit itu bukan manusia biasa, tetapi biji kacang hijau yang disulap menjadi tentara oleh Kyai Abbas,” terang Kyai Haji Reza Ahmad Zahid atau yang akrap disapa Gus Reza.
baca ini Ki Hajar Dewantara Tokoh Pers Selain Rohana Kudus
Putra pertama KH Imam Yahya Mahrus dan Hj. Zakiyah Miskiyah itu menceritakan kesaktian dan kehebatan Kyai Abbas dalam pertempuran 10 November silam. Dikisahkan Gus Reza, saat itu terjadi kesepakatan tiga orang kyai untuk mengusir penjajah. Mereka adalah Kyai Abdullah Faqih dari Ponpes Langitan Tuban, Kyai Mahrus Aly dari Lirboyo Kediri, dan Kyai Abbas dari Cirebon.
Mereka bersepakat untuk mengerahkan para santri dari ponpes masing-masing di bawah komando Kyai Hasyim Asya’ari. Pembahasan rencana dan strategi dilakukan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Musyawarah yang dilakukan pada tanggal 22 Oktober 1945 itu menunjuk Kyai Abbas Djamil sebagai Panglima Angkatan Laut. Sebab wilayah Surabaya berbatasan langsung dengan laut, sehingga penyerbuan bisa dilakukan dari segala penjuru.
Dalam perjalanan menuju Surabaya, Kyai Abbas meminta para santrinya untuk membawa butiran kacang hijau. Tanpa berani bertanya, mereka mengikuti perintah itu dan membawa butiran kacang hijau di saku masing-masing.
Tiba di Semarang, rombongan Kyai Abbas dan santrinya dihadang pasukan Belanda bersenjata lengkap. Bukannya panik, Kyai Abbas dengan tenang meminta beberapa butir kacang hijau dari santrinya. Sesaat kemudian kacang hijau itu dilempar ke depan rombongan.
Seketika itu juga butiran kacang hijau tersebut berubah wujud menjadi sosok tentara. Mereka bergerak cepat menyerang pasukan Belanda hingga kocar kacir. Rombongan itu pun bisa melanjutkan perjalanan ke Surabaya.
Kisah heroik itu sampai kini masih hidup dan dipercaya para santri di Cirebon. (HTW)
Tonton video:
Comments 1