Bacaini.id, KEDIRI – Batik khas Kediri kini bisa dibilang telah naik level dengan meluasnya pemasaran ke luar pulau hingga mancanegara. Meski demikian, ini tidak cukup sebanding dengan jumlah SDM pembatik yang ada.
Seperti di Galeri Batik Lochatara yang berada di Desa Jajar, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. UMKM milik Hery Setiawan ini dirintis sejak tahun 2016 dan sampai sekarang masih terus konsisten memproduksi kain batik tulis maupun batik cat.
“Sudah sejak tahun 2016 saya bersama istri merintis usaha ini. Sampai sekarang pelanggan dan pesanan sudah sampai luar pulai bahkan luar negeri,” kata Hery kepada Bacaini.id, Selasa, 2 Oktober 2023.
Semakin bertambah banyaknya pelanggan, otomatis kegiatan produksi berjalan setiap hari. Sampai saat ini Batik And Art Gallery Lochatara telah mempekerjakan lima orang karyawan. Belum lagi tenaga borongan dengan jumlah banyak yang dipekerjakan saat orderan over load.
Menurut Hery, selama ini SDM cukup menjadi kendala bagi usaha batik miliknya. Bukan tanpa sebab, hal ini tidak lepas dari terbatasnya perajin batik di Kediri yang memang bukan daerah asli produksi batik seperti Yogyakarta ataupun Solo.
“Ya memang cukup sulit dari dulu sampai sekarang. Mungkin misalnya dari 10 orang yang kita ajari membatik, akhirnya yang bisa cuma satu atau dua orang saja,” terangnya.
Bertepatan dengan Hari Batik Nasional yang jatuh pada hari ini, Selasa, 2 Oktober 2023, Hery berharap adanya pemberdayaan SDM pembatik dengan dilakukan pelatihan, khusus bagi masyarakat Kediri.
“Harapannya mungkin bisa diadakan pelatihan. Kalau kita sendiri memang masih tercukupi SDMnya, meskipun pas-pasan,” ungkapnya.
Tidak dipungkiri, lanjutnya, perhatian pemerintah terhadap perajin atau UMKM batik sudah sangat baik. Termasuk diresmikannya batik khas Kabupaten Kediri dengan motif Lidah Api dan Gringsing Dahanapura.
Bahkan sejak saat itu, peminat batik di rumah produksinya semakin banyak, tak terkecuali kalangan muda-mudi milenial. Tidak hanya di Kediri, melainkan juga dari luar daerah seperti Malang, Surabaya, Sidoarjo, Probolinggo dan sekitarnya.
“Banyak yang penasaran dengan dua motif itu, termasuk milenial,” imbuhnya.
Sampai saat ini, Batik Lochatara masih terus eksis. Setiap satu bulan, mereka bisa menjual lebih dari 100 lembar kain batik, baik batik tulis dan batik cat dengan peminatnya masing-masing. Untuk harga, batik tulis lebih mahal dari pada batik cat.
“Di sini paling banyak pesanan batik cat, karena harganya lebih terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah. Kalau batik tulis kita harganya mulai Rp500 ribu sampai Rp2,5 juta. Kalau mau dijahitkan sekalian juga bisa,” sebut Hery berpromosi.
Penulis: Novira