KEDIRI – Harga cabai rawit di beberapa pasar di Kota Kediri naik 9,09 persen menjadi Rp 80.000. Sebelumnya harga cabai sudah mencapai Rp 73.000 dan dikeluhkan masyarakat.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Kediri Anik Sumartini mengatakan, pihaknya telah memantau pergerakan harga tersebut. “Memang harganya sudah termasuk tinggi, tetapi sebelumnya sudah sampai Rp 100.000,” katanya kepada Bacaini.id, Sabtu, 09 Januari 2021.
Terkait penyebab kenaikan ini, Anik mengaku belum mengetahui secara pasti. Namun biasanya jika harga terlampau tinggi disebabkan permintaan pasar yang besar.
Anik juga mengatakan, Disperdagin bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan segera melakukan Inspeksi Mendadak (SIDAK) untuk melihat apakah harga tersebut bertahan di angka tinggi atau tidak. “Jika tetap, akan kita cari penyebabnya dan akan kita cari solusinya,” katanya.
Menurut Anik, harga ini berbeda dengan harga cabai rawit yang ada di pasar-pasar di Kabupaten Kediri. Hal itu terjadi lantaran Kota Kediri memang bukan sentra cabai rawit, dan Kota Kediri tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus.
“Memang di Siskaperbapo itu harganya selisih lumayan jauh, itu karena Kabupaten Kediri memang sentra cabai rawit jadi mereka lebih stabil,” jelasnya.
Anik menambahkan, per hari ini hampir keseluruhan harga komoditas cenderung stabil. Harga yang naik hanya pada komoditas cabai. “Dua komoditas cabai keriting dan cabai biasa jutru mengalami penurunan. Untuk cabai keriting saat ini seharga Rp 45.000 per kilogram, turun dari harga Rp 51.000. Dan harga cabai biasa Rp 34.000 turun dari Rp 36.000 per kilogram.
Lebih lanjut, Anik mengimbau masyarakat untuk ltetap tenang dengan harga-harga tersebut. Pasalnya harga yang terlampau tinggi biasanya tidak akan bertahan lama. Jika pun bertahan cukup lama, pemerintah akan melakukan tindakan seperti pasar murah. “Kita akan sidak dulu, kita lihat nanti hasilnya seperti apa,” pungkasnya.
Mahalnya kenaikan harga cabai rawit ini dikeluhkan konsumen, salah satunya Dwi Nurcahyandi. Ibu rumah tangga ini mengaku kaget dengan tingginya harga cabai rawit yang hampir sama dengan harga daging. “Harga daging seratus ribu per kilogram, selisih dua puluh ribu saja dengan cabai,” keluhnya.
Dwi berharap pemerintah bertindak cepat mengendalikan harga, dan tidak perlu menunggu masyarakat menjerit. Jika dibiarkan kenaikan harga cabai rawit ini akan merembet pada sembako lainnya. (Karebet)