Bacaini.ID, BLITAR – Kekerasan di lingkungan pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar Jawa Timur, kembali terjadi.
Seorang siswa MTs Plus Al Mahmud di wilayah Desa Bacem Kecamatan Ponggok mengalami kekerasan saat proses belajar mengajar.
Siswa yang juga santri berinisial KAF (13) informasinya dilempar kayu oleh salah seorang guru lantaran tidak segera bersiap menunaikan salat dhuha.
Celakanya, pada kayu terdapat paku. Lemparan kayu berpaku itu menancap di kepala KAF dan akibatnya yang bersangkutan meninggal dunia setelah sempat dilarikan ke rumah sakit.
Peristiwa kekerasan oleh guru yang berujung kematian itu berlangsung pada Minggu 22 September 2024. “Kejadiannya Minggu kemarin. Salah seorang guru mungkin emosi,” ujar Humas Polres Blitar Kota Iptu Samsul Anwar kepada wartawan Jumat (27/92024).
Informasi yang dihimpun, sebelum insiden kekerasan terjadi, korban dan sejumlah temannya sedang asyik ngobrol. Sementara pada saat itu waktunya salat dhuha.
Melihat itu, salah seorang guru yang diketahui warga Desa Mantenan Kecamatan Udanawu merasa geram. Ia spontan melempar kayu berukuran kecil ke arah siswa yang sedang menggerombol.
Inginnya para siswa membubarkan diri dan menunaikan salat dhuha. Namun korban yang terkena lemparan kayu mengaduh kesakitan lantaran kayu itu ternyata berpaku.
Paku itu menancap pada kepala bagian belakang korban. Korban KAF diketahui hidup sendiri bersama neneknya di Desa Dadaplangu Kecamatan Ponggok.
Kedua orang tua korban diketahui bekerja sebagai buruh migran. Korban KAF yang tidak sadarkan diri dilarikan ke RSUD Srengat. Pihak rumah sakit tidak berani mengambil tindakan medis lebih jauh dan meminta dirujuk ke RS Kediri.
Namun sebelum hal itu dilakukan, korban keburu meninggal dunia. “Korban meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Srengat,” ungkap Samsul.
Dalam kasus ini Polres Blitar Kota masih melakukan penyelidikan, termasuk meminta keterangan saksi-saksi. Hingga kini polisi belum menetapkan tersangka.
Sementara menanggapi kasus kekerasan yang terjadi, Plt Kasi Penma Kemenag Kabupaten Blitar M Syaikhul Munib menyatakan menyayangkan peristiwa yang terjadi.
Ia berharap kasus serupa tidak terjadi lagi di lingkungan pendidikan maupun pondok pesantren. “Kami juga sudah meminta klarifikasi kepada lembaga bersangkutan,” ujarnya.
Seperti diketahui sekolah MTs Plus Mahmud di Bacem Ponggok merupakan lingkungan pendidikan yang menerapkan sistem pondok pesantren.
Bisnis pendidikan yang pengelolaanya di bawah naungan yayasan itu merupakan milik seorang pengusaha peternakan setempat.
Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Agama
Informasi yang dihimpun, terjadinya kasus kekerasan yang berujung maut di lembaga MTs Plus Al Mahmud Bacem, Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar, bukan pertama kalinya.
Kasus serupa pernah terjadi, termasuk di wilayah pondok pesantren yang juga di bawah naungan Kemenag Kabupaten Blitar. Berikut sejumlah kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan Kabupaten Blitar.
1. Kekerasan di MTsn Kunir atau MTsn 01 Kabupaten Blitar
Kasus kekerasan terjadi pada 25 Agustus 2023. Seorang siswa MTsn Kunir kelas IX berinisial AJH warga Desa Kunir Kecamatan Wonodadi tewas setelah dihajar rekannya.
Kekerasan dipicu salah paham. Ironisnya peristiwa itu terjadi pada saat pergantian jam pelajaran. Pada saat peristiwa terjadi Waka Kesiswaan MTsn Kunir juga sedang tidak berada di tempat.
Penanganan yang lambat dari pihak sekolah jadi salah satu penyebab korban meninggal dunia.
Pihak MTsn Kunir terungkap sempat mencoba menutupi kasus dengan membuat cerita korban mengalami kecelakaan saat bermain sepak bola.
Namun semua itu terbongkar setelah salah seorang kerabat korban mendesak dilakukannya visum pada jenazah korban. Dalam kasus ini pelaku kekerasan telah ditahan.
Namun Kemenag Kabupaten Blitar tidak menjatuhkan sanksi apapun kepada pihak MTsn Kunir seperti tuntutan orang tua korban yang menilai kelalaian sekolah jadi penyebab terjadinya kekerasan.
2. Kekerasan di Ponpes Kecamatan Sutojayan
Kekerasan yang berujung kematian dialami santri berinisial MA (14) pada 2 Januari 2024. Hasil penyelidikan terungkap, korban jadi korban perundungan teman-temannya.
Penganiayaan fisik itu mengakibatkan korban mengalami koma di rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia. Para pelaku telah diadili dan menjalani hukuman sesuai kesalahan masing-masing.
Dari data yang dihimpun, jumlah kasus kekerasan anak di Kabupaten Blitar pada tahun 2023 sebanyak 67 kasus. Sebagian besar kasus masih didominasi bullying atau perundungan.
Penulis: Solichan Arif