KEDIRI – Ambruknya iklim usaha akibat pandemi Corona mulai menimpa industri tahu di Kota Kediri. Padahal industri ini menjadi ikon bisnis Kota Kediri yang melibatkan banyak masyarakat.
Tsunami bisnis ini disampaikan Santoso, pengusaha tahu merek Bintang Barokah di Gang II Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Omzetnya turun drastis hingga nyaris tak mendapatkan untung. “Biasanya bikin 32 masakan, sekarang hanya 17 masakan saja,” kata Santoso.
Menurut Santoso, jumlah pembelinya menurun drastis. Biasanya weekend seperti ini apalagi puasa, banyak orang dari luar kota pulang kampung. Mereka akan membeli pengangan khas ini. Juga nanti Lebaran, saatnya panen. Namun mengingat kondisi sekarang, Santoso pesimis Lebaran akan panen rezeki seperti biasanya.
Ditambah lagi, ketika salah satu warga Tinalan postif Covid-19 beberapa waktu lalu. Ini juga dirasakan oleh para pengusaha tahu di Tinalan ini meskipun tempatnya sebetulnya jauh walau satu kelurahan. Dan kawasan industri ini bukan termasuk yang diisolasi karena di luar radius terdampak.
“Sekarang hanya mengandalkan pasar tradisional saja yang masih membeli. Kalau pembeli eceran, hanya dari pembeli lokal,” kata Santoso. Ia masih mengirim untuk permintaan pasar di sekitar Kota Kediri mulai dari Trenggalek, Kertosono, dan Nganjuk. Surabaya yang biasanya juga pangsa pasar produksi, kini PSBB sehingga produknya tidak bisa dikirim.
Pun para penjual oleh-oleh sebagai salah satu tempat penjualan tahu sepi pelanggan. Sentra oleh-oleh di Jl. Pattimura misalnya, sepi pembeli. “Biasanya dari luar kota, sekarang tidak ada,” kata Nurul, salah satu penjaga toko oleh-oleh “Poo” yang legendaris di Kota Kediri.
Celakanya Pemerintah Kota Kediri melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian tak mampu berbuat apa-apa. Hingga kini tidak ada solusi konkrit dari pemerintah untuk menyelamatkan industri rakyat itu.
Satu-satunya hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat bahwa tahu produksi rakyat ini masih aman dikonsumsi. “Kami mengadakan penyuluhan bahwa tahu Tinalan tetap aman dikonsumsi dan tidak ikut terpengaruh (corona),” kata Nur Muhyar, Plt. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
Selain itu, Nur Muhyar juga meminta para pedagang tahu melakukan promosi online, meski tak banyak membantu para pengusaha. (*)