Bacaini.ID, BLITAR – Flushing atau penggelontoran di Bendungan Wlingi dan Lodoyo Kabupaten Blitar oleh Perum Jasa Tirta I (PJT I) Jawa Timur ditarget bisa menyapu 500.000 meter kubik sedimen atau endapan.
Dari pantauan di lokasi, terbukanya 10 pintu air bendungan (Wlingi dan Lodoyo) mulai Minggu (27/4/2025) pagi hingga 6 hari ke depan (3 Mei 2025), disambut gembira oleh warga.
Warga beramai-ramai berburu ikan mabuk yang disebabkan air yang tiba-tiba keruh. Tradisi menangkap ikan mabuk di sekitar bendungan dan sepanjang Sungai Brantas itu disebut pladu.
Sebuah kearifan lokal yang berlangsung rutin di setiap pelaksanaan flushing di Bendungan Wlingi dan Lodoyo Kabupaten Blitar.
“Kearifan lokal itu harus dibarengi dengan kehati-hatian dan kewaspadaan, karena debit air menjadi cepat dan deras,” imbau Ganindra Adi Cahyono Vice Presiden Regional I Perum Jasa Tirta I Minggu (27/4/2025).
Kegiatan flushing di Bendungan Wlingi dan Lodoyo diketahui berlangsung rutin setiap tahun, tepatnya mulai tahun 2016. Flushing sempat berhenti 2 tahun lantaran pandemi Covid-19.
Akibat berhenti 2 tahun itu tumpukan sedimen di dua bendungan lebih keras dari biasanya dan membuat daya tampung bendungan menjadi berkurang.
Sedimen yang mengeras diketahui telah menutup titik-titik yang berkaitan dengan fungsi bendungan sebagai PLTA, layanan air baku untuk industri, serta irigasi.
Menurut Ganindra, laju sedimentasi di bendungan Wlingi dan Lodoyo dipengaruhi oleh banjir, hujan, dan tata guna lahan di bagian hulu.
Semakin banyak area permukaan yang tidak tertutupi tanaman dan erosi, maka tingkat sedimentasi di bendungan akan semakin tinggi.
“Laju sedimentasi terpengaruhi banjir dan hujan di daerah hulu dan tata guna lahan di bagian hulu,” ungkapnya.
Pada flushing tahun ini Jasa Tirta I telah mengerahkan 6 unit alat berat ekskavator di bendungan Wlingi dan 2 unit di bendungan Lodoyo.

Dari pantauan di lokasi, seiring berkurangnya debit air, ekskavator tidak berhenti bekerja mengeruk endapan dan membuangnya ke arus air.
Sedimen dan kekerasannya, kata Ganindra tidak merata. Karenanya dibutuhkan bantuan alat berat. “Endapan atau sedimen itu tidak merata dan keras,” terangnya.
Sucipto Eko Pranoto selaku Kepala Sub Divisi Operasi dan Pemeliharaan Sungai Brantas I Perum Jasa Tirta I menambahkan soal manfaat flushing.
Dengan flushing, kata Sucipto daya tampung air bendungan Wlingi yang tahun ini tinggal 2,4 juta meter kubik diharapkan bisa menjadi 2,7 juta meter kubik.
Begitu juga Bendungan Lodoyo yang saat ini memiliki daya tampung air tinggal 2,1 juta meter kubik, diharapkan bisa menjadi 2,3 juta meter kubik.
Volume air di bendungan Wlingi dan Lodoyo diketahui untuk mengairi 13 ribu hektar sawah di wilayah Kabupaten Blitar dan Tulungagung.
Kegiatan flushing juga menjadi momentum PJTI I melakukan perawatan (maintenance) infrastruktur bendungan, termasuk juga PLTA.
“Kalau volume efektif (air) bendungan Wlingi awalnya 5,2 juta meter kubik. Karena sedimentasi tinggal 46 persen. Sedangkan bendungan Lodoyo 5,1 juta meter kubik, tinggal 45 persen,” terangnya.
Sucipto juga mengatakan, pada saat berlangsungnya flushing, tepatnya 2-3 jam sejak pintu air dibuka, akan terjadi peningkatan debit air di wilayah hilir.
Peningkatan debit di Sungai Brantas wilayah Kediri diperkirakan akan berlangsung 8 jam kemudian. Karenanya warga dimbau untuk berhati-hati.
Penulis: Solichan Arif