Fetisisme seksual atau fetish seksual pernah menjadi fenomena yang ramai diperbincangkan. Munculnya fenomena fetish dipantik kasus seorang mahasiswa yang diketahui berhasrat dengan lawan jenis yang dibungkus jarik.
Setelah melihat pasangannya terbungkus kain menyerupai mumi, hasrat seksualnya berkobar.
Fetisisme juga diramaikan dengan kasus seorang laki-laki yang terjerat pidana karena mengoleksi pakaian dalam wanita. Masalahnya celana dalam yang ia sembunyikan itu milik wanita lain.
Ia mendapatkannya dengan cara nyolong di jemuran. Dengan celana dalam hasil curian itu ia menyalurkan hasrat seksualnya. Cukup menyentuh dan memandangi lekat-lekat nafsunya mencapai puncak.
Secara istilah, fetisisme diartikan sebagai situasi rangsangan seksual yang tergantung pada benda atau situasi tertentu. Rangsangan seksual timbul setelah terjadi kontak visual atau fisik.
“Ada yang hanya melihat jempol kaki perempuan saja nafsunya langsung menyala. Itu juga tergolong fetisisme,” tutur seorang perempuan 35 tahun yang lebih suka dipanggil Sonya.
Dilansir dari buku Kehidupan Sex di Kalangan Remaja disebutkan seorang laki-laki pengidap fetisisme akan mendapatkan kepuasan seksual hanya dengan melihat atau memegang benda milik wanita.
Benda yang dimaksud di antaranya adalah celana dalam, bra, sepatu dan bahkan tas tangan wanita. “Tentu kasihan wanita yang menjadi pasangan hidupnya,” gumam Sonya menanggapi hal itu.
Ada cerita ketika seorang pria pengidap fetisisme memesan perempuan penyedia layanan open BO. Awalnya tidak ada yang ganjil. Gejala tidak lazim mulai dirasakan ketika keduanya masuk ke sebuah kamar hotel.
Perempuan open BO itu tidak diminta melayani, yakni sebagaiman wajarnya laki-laki hidung belang yang menyewanya.
Laki-laki itu bahkan juga tidak menyentuhnya. Wanita itu makin tercengang ketika laki-laki itu menyatakan hanya menginginkan sapu tangan berbau parfumnya.
Ia mengganti sapu tangan berbau parfum itu dengan imbalan sebagaimana bandrol open BO. “Laki-laki itu kemudian meletakkan sapu tangan ke alat vitalnya, dan dipakai masturbasi hingga klimaks”.
Kasus yang terjadi itu memperlihatkan fetisisme seksual merupakan kelainan yang mengarah pada jiwa. Kasus laki-laki yang bergairah dengan sapu tangan berbau parfum perempuan open BO, dipengaruhi peristiwa masa lalu.
Pada saat memasuki usia puber ia pernah mengalami “cinta monyet” pada seorang wanita dengan sapu tangan dan bau parfum tertentu. Kenangan akan sapu tangan dan parfum tertentu itu membangkitkan hasrat seksualnya.
Faktanya, prilaku fetisisme bersifat candu. Namun seiring itu, pengidap fetisisme selalu berusaha merahasiakan kebiasaannya karena sadar yang dilakukannya dianggap tabu oleh orang lain.
Mereka merasa malu. “Namun justru di tengah kecemasan itu gairah erotisnya justru semakin membara”.
Tidak heran, para lelaki pengidap fetisisme umumnya berpenampilan sekaligus memiliki sikap sopan. Dikutip dari Kehidupan Sex di Kalangan Remaja, mereka seringkali memiliki sifat pemalu dan tertutup.
Karenanya penyembuhan fetisisme tidak mudah. Karena terkait dengan masalah kejiwaan, maka proses penyembuhan direkomendasikan berkonsultasi kepada ahli jiwa.
Jika yang bersangkutan sudah memiliki pasangan, ketekunan dan dukungan penuh dari pasangan sangat dibutuhkan.
“Tanpa ada ketekunan dan perhatian penuh, ia akan tetap melakukan kebiasaan itu meskipun harus melakukan di luar rumah,” demikian dikutip dari Kehidupan Sex di Kalangan Remaja.
Penulis: Solichan Arif