Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Depresi menjadi salah satu faktor pendorong semakin banyaknya warga Kabupaten Tulungagung Jawa Timur yang memilih mati daripada melanjutkan hidup.
Fenomena meningkatnya angka menyudahi hidup atau bunuh diri akibat depresi itu terlihat di tahun 2023. Dari data yang dihimpun, kasus bunuh diri di Tulungagung pada tahun 2023 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Tercatat ada sebanyak 23 kasus bunuh diri, sedangkan tahun 2022 sebanyak 22 kasus. Selain depresi, faktor kurangnya suport dari keluarga juga menjadi penyebab meningkatnya kasus bunuh diri di Tulungagung.
“Karenanya apabila depresi yang dialami parah, maka harus segara dikonsultasikan dengan psikolog. Sehingga tidak terjadi aksi nekat dengan mengakhiri hidup,” ujar Kasi Humas Polres Tulungagung Iptu Mujianto kepada wartawan Selasa (2/1/2024).
Penyebab korban nekat mengakhiri hidup beragam dan banyak yang belum diketahui pasti. Namun dari keterangan yang pernah disampaikan saksi keluarga, korban mengalami depresi. Di antaranya disebabkan penyakit yang diderita.
Menurut Mujianto, mereka yang nekat bunuh diri itu berada dalam rentang usia produktif hingga manula. “Kalau dari usia, korban bunuh diri juga beragam. Mulai dari usia produktif yakni 15 tahun hingga 65 tahun,” ungkapnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, para korban bunuh diri tersebar merata. Di antaranya warga Kecamatan Rejotangan, Gondang, Ngantru, Kalidawir dan Kedungwaru. Kemudian Sumbergempol, Bandung, Campurdarat, Kauman, Pakel, Sendang, Kauman, Pagerwojo, Ngunut, Besuki, dan Tulungagung.
Di antara korban tersebut, ada yang berhasil diselamatkan. “Untuk kasus percobaan bundir terjadi dua TKP dengan korban selamat. Yakni Kecamatan Rejotangan dan Boyolangu,” papar Mujianto.
Mujianto berharap kasus bunuh diri hendaknya menjadi perhatian bersama. Karenanya pihak kepolisian meminta kepada keluarga, untuk saling memberikan support. Sehingga antara anggota keluarga bisa saling terbuka atas permasalahan yang dihadapinya.
Penulis: Setiawan
Editor: Solichan Arif