Bacaini.ID, NEW YORK – Di balik gemerlap kota New York yang tak pernah tidur, kekhawatiran menggelayut di wajah para pialang Wall Street. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi menjadi saksi bisu drama ekonomi terbesar abad ini. Amerika Serikat, negara adidaya yang selama ini menjadi kiblat ekonomi dunia, menghadapi empat ancaman yang bisa memicu malapetaka ekonomi global.
Utang yang Mengancam: Bom Waktu US$ 31,4 Triliun
Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, berdiri di podium dengan wajah serius. Tanggal 1 Juni 2025 menjadi tenggat waktu yang menakutkan. Jika Kongres tidak menyetujui kenaikan plafon utang, AS akan mengalami gagal bayar pertama dalam sejarahnya.
“Ini bukan sekadar angka,” ujar David Martinez, ekonom senior di sebuah bank investasi. Sebanyak 66 juta pensiunan dan penyandang disabilitas, 2 juta pegawai federal, dan 1,4 juta anggota militer aktif akan terdampak langsung.
Domino Perbankan yang Berjatuhan
Seperti kartu domino yang berjajar, bank-bank AS mulai tumbang satu per satu. Silicon Valley Bank, Silvergate, Signature Bank, hingga First Republic Bank, semuanya menyerah pada tekanan ekonomi. Studi mengungkapkan 190 bank AS berada dalam ancaman, dengan 12 di antaranya dipersepsikan di ambang kebangkrutan.
Gelombang Kebangkrutan Korporasi
Layaknya tsunami yang menghantam pesisir, gelombang kebangkrutan melanda korporasi AS. Data S&P Global Market Intelligence mencatat rekor mengejutkan, yakni 236 perusahaan mengajukan kebangkrutan dalam empat bulan pertama 2023. Ini angka tertinggi sejak Tahun 2010. Mulai Bed Bath & Beyond hingga Serta Simmons Bedding yang merupakan raksasa-raksasa retail bertumbangan.
Dedolarisasi: Ketika Dunia Mulai Berpaling
Seperti kerajaan yang kehilangan pengaruh, dominasi dolar AS mulai goyah setelah berkuasa lebih dari 100 tahun. China dan Brasil memimpin gerakan dedolarisasi dengan kesepakatan US$ 171,49 miliar tanpa menggunakan dolar. India, Malaysia, UEA, bahkan negara-negara ASEAN mulai beralih ke mata uang lokal.
“Ini bukan sekadar tren temporer,” ungkap Chi Lo, ahli strategi investasi senior BNP Paribas Asset Management.
Dunia sedang menyaksikan pergeseran fundamental dalam tatanan ekonomi global yang akan berlangsung selama dekade mendatang.
Di tengah badai ini, pergeseran kekuatan global mulai terlihat. China, dengan yuan-nya yang semakin dominan, kini menguasai 2,5% transaksi global. Meski masih jauh di bawah dolar (39,4%) dan euro (35,8%), tren ini menunjukkan arah perubahan yang tak terbendung.
Ketika matahari terbenam di Manhattan, bayang-bayang kekhawatiran semakin pekat. Dunia menahan napas, menunggu apakah sang adidaya akan mampu mengatasi empat jejeran kiamat ini, atau apakah kita akan menyaksikan transformasi fundamental dalam tatanan ekonomi global yang telah kita kenal selama satu abad terakhir.
Penulis : Danny Wibisono
Editor : Hari Tri Wasono