Bacaini.id, MALANG – Sesak nafas akibat Pneumonia adalah gejala yang paling banyak dirasakan para penderita Covid 19. Kondisi ini bisa berakibat buruk jika tak mendapat pertolongan di rumah sakit.
Berangkat dari kondisi itu, seorang dokter di Malang merancang metode pengobatan alternatif meredakan sesak nafas, terutama untuk pasien dengan saturasi oksigen di bawah 90. “Cukup dengan terapi uap,” kata dr Yosephine Pratiwi, penemu metode itu kepada Bacaini.id, Selasa 10 Agustus 2021.
Dokter umum yang sehari-hari bertugas di Bilangan Karangploso, Kabupaten Malang ini sudah melayani terapi uap bagi penderita Covid dengan gejala sesak nafas sejak Desember 2020. Hingga sekarang pasien yang memanfaatkan terapi uap di tempat praktiknya terus berdatangan. Sehari pernah mencapai 80 – 90 pasien yang antre.
Yosephine Pratiwi atau yang akrab disapa Tiwi ini menceritakan metode terapi uap yang dia ciptakan berawal dari banyaknya penderita Covid 19 yang tak kebagian ruang perawatan rumah sakit. Kondisi ini memicu tingginya mortalitas (kematian) pasien.
”Saya tidak ingin pasien yang awam dan menjalani isoman bingung harus berbuat apa (saat sesak), dan akhirnya meninggal. Terapi uap ini bisa mengurangi gejala tersebut,” kata Tiwi.
Terapi ini bertujuan mengeluarkan dahak penderita yang menjadi salah satu penyebab sesak. Caranya dengan mengombinasikan obat ambroxol dan kortikosteroid yang dilarutkan dengan natrium klorida dan minyak kayu putih.
Ambroxol adalah obat pengencer dahak. Sementara kortikosteroid adalah obat yang memacu pertumbuhan steroid dan efektif untuk mengatasi peradangan, alergi hingga penyakit autoimun. Racikan kedua zat ini dimasukkan ke dalam alat bantu penguapan atau disebut nebulizer. ”Ini yang kemudian dihirup pasien,” kata Tiwi.

Menurutnya tingkat kesembuhan pasien dari sesak nafas bergantung pada tingkat saturasi oksigen saat datang. Biasanya orang yang datang dengan saturasi 81-82, gejalanya baru bisa mereda dalam 7 hari usai terapi.
Karena itu Tiwi selalu selektif dalam menangani pasien. Pertama, dia akan minta bukti hasil swab antigen. Lalu dicek tingkat saturasinya. Tiwi akan memprioritaskan penanganan pada pasien dengan saturasi oksigen di bawan 90.
”Tapi kalau di bawah 80, saya tidak bisa pastikan tingkat kesembuhannya. Tapi hari ini, pasien saya bilang ada yang sembuh dari saturasi awal datang ke sini 61,” katanya.
Tiwi menambahkan jika kunci keberhasilan penanganan Covid adalah ketenangan. Masyarakat diminta untuk tidak terlalu panik jika terindikasi terpapar Corona. Sebab hampir 90 persen pasien Covid 19 di Indonesia berhasil sembuh, terlebih tanpa memiliki gejala.
“Kalau dinyatakan positif tetap tenang dan langsung lapor ke Puskesmas agar bisa dikontrol. Jangan melakukan isoman diam-diam, gak ada yang ngontrol,” kata Tiwi.
Layanan terapi uap yang dilakukan Tiwi bisa ditemui di Gedung Pendidikan Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang, depan eL Hotel Karangploso. Dia memindahkan tempat praktik uap ini dari Apotik Kondang Waras karena tak mampu menampung banyaknya pasien.
Terapi ini juga tak menelan ongkos mahal. Setiap pasien dikenai biaya Rp 100 – 150 ribu setiap terapi, menyesuaikan prosedur tindakan. Namun tak jarang Tiwi menggratiskan biaya terapi jika ada pasien tidak mampu yang membutuhkan pertolongan. ”Kalau ada pasien tidak mampu saya gratiskan, yang penting sembuh dulu,” kata Tiwi.
Keampuhan terapi uap ini diakui oleh Yuta Novitasari, pasien 30 tahun asal Pakisaji, Kabupaten Malang. Hari itu dia mengantarkan ibunya yang mengalami sesak nafas akibat Corona. Setelah melakukan enak kali terapi, saturasi oksigen ibunya kian membaik.
Padahal saat awal datang saturasinya rendah sekali di angka 61. Kini berangsur normal hingga mencapai 95. ”Sekarang sudah bisa beraktivitas kembali seperti biasa. Tapi kadang masih lemes dan terus saya konsultasikan ke dokter Tiwi,” kata Yuta.
Penulis: A. Ulul
Editor: HTW
Tonton video: