Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Dalam kurun waktu 12 tahun terakhir, kondisi Pasar Wage, Tulungagung semakin kritis. Satu-persatu pedagang meninggalkan pasar Wage karena banyak masyarakat yang sudah tidak berminat lagi berbelanja ke sana.
Salah satu pedagang yang masih bertahan, Pitami mengatakan kondisi Pasar Wage saat ini sangat jauh berbeda. Dulu, semua lapak di Pasar Wage penuh dengan pedagang mulai dari pedagang sayur, pakaian hingga perabot rumah tangga lainnya.
“Namun sejak 2010 lalu, penjual di Pasar Wage khususnya penjual sayur mulai pindah berjualan di Pasar Ngempak juga ke pasar yang lain. Mau gimana lagi, pembeli memang sudah semakin sepi,” kata Pitami kepada Bacaini.id, Minggu 12 Juni 2022.
Perempuan yang sudah 18 tahun berjualan di Pasar Wage itu mengungkapkan, dulu ketika Pasar Wage masih digandrungi oleh masyarakat, hampir setiap hari dia selalu mendapatkan keuntungan. Namun, saat ini kondisi sudah berbalik, bahkan dalam sehari belum tentu ada pembeli yang datang.
“Sekarang dalam sehari belum tentu ada pembeli. Saat ini hanya ada penjual di pasar bagian belakang yang masih bertahan. Itupun hanya beberapa saja, bahkan lapak-lapaknya sudah pada lapuk,” terangnya.
Kepala UPT Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Tulungagung, Zaenu Mansur menambahkan, Pasar Wage merupakan pasar rakyat legendaris yang menyediakan berbagai macam kebutuhan. Aktivitas jual beli selalu ramai setiap harinya.
“Pasar Wage saat ini dalam kondisi permasalahan yang kompleks. Banyak pedagang yang memutuskan pindah ke pasar lain dan banyak lapak yang tidak terurus, terutama di bagian belakang,” kata Zaenu.
Zaenu menceritakan, meski hanya tersisa pedagang baju, tetapi jumlah penjual berkurang setiap harinya. Jika dipersentasekan, hanya 60 persen yang masih digunakan untuk berjualan. Tentu hal ini membuat retribusi Pasar Wage juga menjadi turun.
“Seharusnya perlu dilakukan pembangunan fisik yang harus disertai dengan pembangunan non fisik. Mulai manajemen, mental usaha, ketaatan dan kepatuhan pengelola tempat jualan,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira