Kementerian Kesehatan RI mencatat dua kasus cacar monyet terjadi di Indonesia sejak pertama kali terdeteksi pada Agustus 2022. Penyakit ini memiliki gejala demam akut, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, dan kelelahan.
Dokter spesialis kulit dan kelamin RSUD dr. Iskak, dr. Sekar puspita, Sp.KK mengatakan virus monkeypox atau cacar monyet dikategorikan berbahaya dan mudah menular. Penularan penyakit ini juga mudah melalui cipratan liur atau droplet.
Cacar monyet termasuk penyakit zoonis yang dapat menular dari hewan ke manusia. Selain itu, penularan juga bisa terjadi melalui kontak erat manusia atau benda yang terkontaminasi dengan virus cacar monyet.
“Penyakit cacar monyet ini memiliki masa inkubasi 6-16 hari, namun juga bisa mencapai 5-21 hari. Penyakit ini memiliki gejala invasi serta masa infeksius,” kata dr. Sekar.
Gejala invasi ini terjadi ketika pasien mengalami kondisi demam, flu, sakit kepala hebat, lemah, rasa sakit pada otot nyeri sendi serta nyeri punggung. Sedangkan masa infeksius terjadi pada saat muncul ruam bintik berisi cairan.
Penyakit cacar monyet memiliki masa inkubasi 6-21 hari. Masa inkubasi adalah jarak waktu antara seseorang mulai terinfeksi hingga muncul gejala. Setelah masa inkubasi, penderita cacat monyet akan mengalami fase prodormal dan fase erupsi.
Fase prodormal berlangsung sampai dengan lima hari. Diawali dengan pembengkakan kelenjar getah bening di bagian ketiak, leher dan selangkangan. Sementara fase erupsi terjadi 1-3 hari setelah demam. Cirinya muncul ruam kulit bercak merah di bagian bawah wajah yang menyebar ke seluruh bagian tubuh.
Cacar monyet juga dapat menyebar melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi seperti monyet, tikus dan tupai, atau melalui benda yang telah terkontaminasi virus. Jika dilihat tingkat berbahayanya, cacar monyet masuk dalam kategori ringan. Di beberapa kasus penyakit yang mirip cacar air ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
Untuk tingkat keparahan dari virus ini tergantung kondisi imun serta ada/tidaknya penyakit komorbit. Jika penderita memiliki imun defisiensi (imun dengan kekebalan kurang), biasanya timbul komplikasi seperti infeksi paru.
“Yang penting tetap waspada, tidak perlu panik dan tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Apabila timbul gejala klinis di atas bisa segera konsultasi ke dokter,” pungkasnya. (ADV)





