Bacaini.id, MALANG – Agung Shinta, seorang tokoh aktivis sekaligus budayawan Kota Batu Jawa Timur didatangi aparat pasca berorasi di depan massa aksi di kampus Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.
Unjuk rasa berlangsung pada Rabu (6/12/2023) lalu. Orasi Agung Shinta menyinggung situasi demokrasi dan netralitas aparat jelang Pemilu 2024. Kedatangan aparat di rumah Agung Shinta, sontak viral di media sosial.
Agung Shinta membenarkan hal itu (aparat mendatangi dirinya). Mantan anggota DPRD Provinsi Jatim periode 1999-2009 itu mengakui orasinya telah menyinggung nama institusi kepolisian dan itu salah.
Karenanya Agung Shinta mengatakan telah meminta maaf kepada aparat yang mendatangi dirinya.
“Iya, saya akui dalam orasi di Surabaya itu saya menyebut musuh kita saat ini itu polisi dan tentara. Soal itu saya akui salah. Saya minta maaf,” ujar Agung Shinta ditemui di rumahnya di Songgoriti, Kota Batu, Jumat (8/12/2023).
Video kedatangan aparat ke rumah aktivis Agung Shinta pertama kali diunggah akun @MurtadhaOne1. “BREAKING NEWS!!! Pasca orasi di Kampus Untag Surabaya 6/12 lalu, Bu Shinta Agung didatangi Satintel Polres Kota Batu di rumahnya, baru saja,” begitu narasi yang menyertai unggahan video.
Disebutkan bahwa Agung Shinta didatangi aparat pada Kamis (7/12/2023). Dalam video tampak Agung Shinta duduk bersama salah satu aparat berpakaian preman.
Meski meminta maaf, Agung Shinta juga mengatakan kedatangan aparat di rumahnya dapat diduga bukan dalam rangka klarifikasi.
Ia juga menambahkan, apa yang disampaikannya di depan massa aksi di kampus Untag Surabaya didasarkan pada fakta di sekitar. Shinta mengklaim tahu jika semua aparatur negara diduga telah dimobilisasi untuk memenangkan salah satu paslon Pemilu 2024.
“Jangan kira saya bodoh-bodoh bangetlah. Saya tahu kok kepala-kepala desa itu dikumpulkan satu forum buat pemenangan. Kalau tidak mau, diancam dari atas, dana desa (tidak turun). Faktanya begitu, jadi orasi saya itu bukan tanpa alasan,” ungkap perempuan 67 tahun itu.
“Belum lagi Aiman, si jurnalis itu dipanggil malem-malem, apa itu bukan bentuk intimidasi? Ayolah, kita buat Pemilu ini demokratis, jangan ada pressure-pressure seperti itu. Saya gak dibolehin ngomong politik, ya saya tegas menolaknya,” tambahnya.
Agung Shinta mengaku telah mendengar dan menemui situasi yang membuat dirinya merasa resah. Jika situasi itu terus berlanjut, menurutnya peristiwa tragedi 1998 kemungkinan bisa terulang, dan sebagai mantan aktivis 98 dirinya menolak hal itu.
“Kalau saya memposisikan sebagai nenek, saya gak terima. Cukup kejadian itu dialami saya, kami-kami yang orang tua ini. Generasi anak muda sekarang jangan sampai mengalami itu,” tuturnya.
Terlepas dari semua itu, ia berharap aparat ke depannya bisa menjaga netralitasnya di momen-momen jelang Pemilu 2024. Pesan ini bahkan juga ia sampaikan kepada aparat yang mendatangi rumahnya.
Penulis: A.Ulul
Editor: Solichan Arif